Papa

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau diluar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya...akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mamalah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kamu lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang perempuan kecil...Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah papa menganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu....

Kemudian Mama bilang: "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya"
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas: "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang selalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata: "Sudah dibilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja...Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat-sangat luar biasa berharga.

Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu... Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu.....

Ketika saat seorang teman laki-laki mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia....
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua diruang tamu....
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk diruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir....dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut....Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.....
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang disangat ditakuti Papa akan segera datang? "Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter, atau insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti... Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa.

Ketika kamu menjadi gadis dewasa... dan kamu harus pergi kuliah di kota lain... Papa harus melepasmu di terminal, stasiun, atau bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?

Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata, "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah: "Tidak...Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu". Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang".
Sampai saat seorang teman lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.

Papa akan sangat hati-hati memberikan izin...
Karena Papa tahu... Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti. Dan akhirnya...Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang lelaki yang dianggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia...

Apakah kamu mengetahui, di hari yang paling bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena Papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa.... Dalam lirih doanya kepada Tuham, Papa berkata: "Ya Tuhan, tugasku telah selesai dengan baik... Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita cantik... Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."


Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk... dengan rambut yang telah dan semakin memutih... Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya... Papa telah menyelesaikan tugasnya...

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita... Adalah sosok yang HARUS SELALU TERLIHAT KUAT... Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis... Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu... Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal...

Yup, banyak hal yang mungkin tidak bisa dikatakan Ayah / Bapak / Romo / Papa / Papi kita... tapi setidaknya kini kita mengerti apa yang tersembunyi dibalik hatinya.
Yes, I do love you, Pa...

Tiga Karung Beras

Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggallah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.

Ibunya bersusah payah seorang diri membesarkan anaknya, saat ini kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bsia lagi bekerja disawah.

Saat ini setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa ke kantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibunya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut. Dan kemudian berkata kepada ibunya: "Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah."
Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata: "Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan ke sekolah nanti berasnya mama yang akan bawa ke sana."

Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan ke sekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya. Sang anak akhirnya pergi juga ke sekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh. Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergerasa-gesa Ibunya datang ke kantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya.

Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantonya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata: "Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran."

Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut. Awal bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: "Masih dengan beras yang sama."

Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan ibu ini dan kemudian berkata: "Tak peduli beras apapun yang ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna, selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya".

Sang ibu sedikit takut dan berkata: "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana?"
Pengawas itu pun tidak tahu dan berkata: "Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali ke sekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: "Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu!".

Dengan berlinang air mata, sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis". Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan bengkak.

Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: "Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi."

Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya. Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan ke sekolah.

Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itu pun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: "Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa memberikan sumbangan untuk keluarga ibu." Sang ibu buru-buru menolak dan berkata: "Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini."

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah, Secara diam-diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing Hua dengan nilai 627 point.

Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.

Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah. Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata: "Inilah sang ibu dalam cerita tadi."

Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar. Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat ke belakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan ke atas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata:

"Oh Mamaku......"

Menari Ditengah Badai

Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 09:30 seorang pria berusia  70-an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Aku menyiapkan berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.

Sewaktu menunggu, pria tua ini nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Aku merasa kasihan. Jadi ketika sedang luang aku sempatkan untuk memeriksa lukanya, dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, aku putuskan untuk melakukannya sendiri.

Sambil menangani lukanya, aku bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak tergesa-gesa. Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo untuk makan siang bersama istrinya, seperti yang dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.

Lalu kutanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat. Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5 tahun terakhir..

Aku sangat terkejut dan berkata, "Dan Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi ?"

Dia tersenyum ketika tangannya menepuk tanganku sambil berkata, "Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia, kan?"

Aku terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tanganku masih tetap merinding, "Cinta kasih seperti itulah yang aku mau dalam hidupku."

Sungguh, istrinya adalah wanita yang beruntung. Seharusnya kita semua memiliki cinta semacam ini.
Cinta sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi. Sahabat yang baik seperti bintang di langit. Kau tidak dapat selalu melihatnya, namun kamu tahu bahwa mereka selalu ada di luar sana.



Orang yang paling bahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, mereka hanya berbuat yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. "Hidup bukanlah perjuangan menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di tengah badai".

Menilai Diri Sendiri

Seorang anak laki-laki masuk ke sebuah toko kelontong. Ia menarik seorang anak laki-laki masuk ke sebuah toko kelontong. Ia menarik sebuah kotak minuman dan naik ke atasnya agar bisa memencet  tombol-tombol telepon. Pemilik toko memperhatikan tingkah lakunya dan mencoba untuk mendengarkan apa yang ia bicarakan di telepon dengan seorang wanita di ujung telepon sana.

Anak: "Ibu, dapatkan ibu memberiku pekerjaan untuk memotong rumput di halaman rumah ibu?"
Wanita: "Maaf,  saya sudah punya orang yang memotong rumput di halaman rumah saya."
Anak: "Tapi ibu, saya akan memberikan setengah harga dari yang Ibu bayarkan kepada orang itu."
Wanita: "Ya, tapi saya sudah puas dengan pekerjaan pemotong rumput saya yang sekarang."
Anak: (dengan lebih gigih) "Saya juga akan memotong rumput di pinggir jalan rumah Ibu, sehingga pada hari Minggu, Ibu akan mempunyai halaman rumput dan jalanan yang terindah di komplek perumahan Ibu."
Wanita: "Tidak, terima kasih."

Dengan senyum diwajahnya, si anak laki-laki itu meletakkan gagang telepon ke tempatnya. Pemilik Toko yang mendengarkan semua percakapan itu, mendekati si anak laki-laki.

Pemilik toko: "Nak..Saya suka sikapmu...Saya suka semangat positif seperti itu dan saya mau menawarkan pekerjaan kepadamu."
Anak: "O...Terima kasih Pak, saya tidak membutuhkan pekerjaan."
Pemilik toko: "Tapi...Bukankah kau tadi memohon pekerjaan sebagai pemotong rumput??"
Anak: "Tidak pak, saya hanya ingin mengecek hasil kerja yan sudah saya lakukan. Sayalah orang yang sekarang ini sedang bekerja untuk ibu tersebut..."

Seringkali kita tergoda untuk bekerja asal-asalan. Yang penting tugas yang diberikan kepada kita selesai kita kerjakan... Kita tidak peduli pada kualitas untuk mengecek dan memastikan, apakah mutu pekerjaan kita sudah memuaskan si pemberi kerja atau belum. Malah kalau ada kesempatan, kita akan mengurangi mutu pekerjaan kita dengan berpura-pura sibuk di dalam pekerjaan yang lain, atau kita mencuri waktu untuk mengerjakan hal-hal lain yang menyenangkan hati kita.
Mari, kita bekerja sebaik-baiknya karena kita tidak hanya bertanggungjawab kepada si pemberi kerja, tetapi juga kepada Tuhan....

Pernikahan adalah Seperti Sekolah

Bertahun-tahun yang lalu, saya berdoa kepada Tuhan untuk memberikan saya pasangan, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab.
Tidak hanya saya meminta kepada Tuhan, seraya menjelaskan kriteria pasangan yang saya inginkan. Saya menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Saya bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini saya impikan.

Sejalan dengan berlalunya waktu, saya menambahkan daftar kriteria yang saya inginkan dalam pasangan saya. Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hati hati saya, "HambaKu, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."

Saya bertanya, "Mengapa Tuhan?" dan Ia menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."

Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dariMu?"

Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskan kepadamu. Adalah suatu ketidakadilan dan ketidakbenaran bagiKu untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagiKu untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar; atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam; atau seseorang yang mudah mengampuni, tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam; seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."

Kemudian Ia berkata kepada saya, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semua itu. Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu. Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu."

Ini untuk: yang baru saja menikah, yang sudah menikah, yang akan menikah dan yang sedang mencari, khususnya yang sedang mencari.

J I K A .....
Jiak kamu memancing ikan...
Setelah ikan itu terikat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu....
Janganlah sesekali kamu lepaskan ia semula ke dalam air begitu saja...
Karena ia akan sakit oleh karena bisanya ketajaman kailmu dan mungkin ia akan menderita selagi ia masih hidup.

Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang...
Setelah ia mulai menyayangimu hendaklah kamu menjaga hatinya....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja...
Karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingat....

Jika kamu menadah air biarlah berpada, jangan terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh....
Cukuplah sekedar keperluanmu....
Apabila sekali ia retak...
Tentu sukar untuk kamu menambalnya semula...
Akhirnya ia dibuang....
Sedangkan jika kamu coba memperbaikinya mungkin ia masih dapat dipergunakan lagi...

Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya...
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa....
Anggaplah ia manusia biasa. Apabila sekali ia melakukan kesilapan bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya...
Akhirnya kamu kecewa dan meninggalkannya.
Sedangkan jika kamu memaafkannya boleh jadi hubungan kamu akan terus hingga akhirnya...

Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi...
yang pasti baik untuk dirimu. Mengenyangkan. Berkhasiat.
Mengapa kamu berlengah, coba mencari makanan yang lain...
Terlalu ingin mengejar kelezatan.
Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya. Kamu akan menyesal.

Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang insan....
yang membawa kebaikan kepada dirimu. Menyayangimu. Mengasihimu.
Mengapa kamu berlengah, coba bandingkannya dengan yang lain. Terlalu mengejar kesempurnaan.
Kelak, kamu akan kehilangannya; apabila dia menjadi milik orang lain kamu juga akan menyesal.

Paku dan Lubangnya

Alkisah ada anak lelaki dengan watak buruk. Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruhnya memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.

Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar. Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.

Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bisa dia berhasil menahan diri/bersabar. Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.

Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata: "Anakku, kamu sudah berlaku baik, tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada dipagar. Pagar ini tidak akan kembali seperti semula. Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar.

Kau bisa menusukkan pisau di punggun orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan lupa. Tak peduli berapa kali kau meminta maaf/menyesal, lukanya tinggal. Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik.

Yang Manakah Anda?

Ini merupakan cerita tentang 4 Orang:
1. SETIAP ORANG
2. SESEORANG
3. SIAPA PUN
4. TIDAK SEORANG PUN

Ada sebuah pekerjaan penting untuk dilakukan dan "SETIAP ORANG" diminta untuk melakukannya. "SETIAP ORANG" yakin "SESEORANG" akan melakukannya. "SIAPA PUN" sudah pasti bisa melakukannya. Tetapi "TIDAK SEORANG PUN" yang melakukannya.

SESEORANG menjadi marah karena itu adalah dari SETIAP ORANG. SETIAP ORANG berpikir SIAPA PUN dapat melakukannya tetapi TIDAK SEORANG PUN menyadari bahwa SETIAP ORANG tidak melakukannya.

Cerita ini berakhir dengan SETIAP ORANG menyalahkan SESEORANG ketika TIDAK SEORANG PUN meminta SIAPA PUN melakukannya.

Saudaraku...
dari gambaran 4 orang ini, yang manakah anda??
Apakah anda tipe:
- Orang yang berinisitif?
- Orang yang menunggu?
- Orang yang berharap?

Toh ada orang lain yang melakukannya jadi kenapa saya harus begitu peduli???

Inti dari cerita ini adalah: "Kebanyakan dari kita berharap orang lain melakukan sesuatu tapi kita pribadi tidak melakukan apapun kecuali menunggu terjadi sesuatu".

Saudaraku...
Bertindak atau melakukan terlebih dahulu baru kita mendapatkannya sesuatu. Bukan kebalikannya....
Ketika kita mengharapkan dan rindu mendapatkan sesuatu (tentunya sesuatu yang positif), kita harus belajar untuk menabur dari sekarang. Bukan malah berharap orang lain melakukannya atau mengambil sikap tidak peduli.

Marilah kita belajar proaktif, menjadi orang yang berinisiatif tinggi justru membawa kita maju beberapa langkah dibandingkan yang lain.
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka".

Tiga Di Dalam Satu

Seorang perempuan keluar dari rumahnya dan melihat 3 orang tua dengan janggut putih panjang duduk di halaman rumahnya. Perempuan itu akhirnya mengundang mereka masuk ke rumah untuk sekedar melepas lelah, meski ia tidak mengenal ketiga orang tua itu.
"Kami tidak dapat masuk ke dalam sebuah rumah bersama-sama", kata mereka

"Mengapa demikian? " Perempuan itu ingin tahu.
Salah satu dari orang tua itu menjelaskan seraya menunjuk satu temannya.
"Namanya adalah Kekayaan"
Kemudian ia berkata sambil menunjuk pada yang lain,
"Ia Keberhasilan dan Saya adalah Kasih"
"Kamu harus memilih salah satu dari kami untuk masuk ke dalam rumahmu".

Setelah berdiskusi dengan suaminya, akhirnya  mereka menetapkan pilihan,
"Yang manakah dari kalian yang namanya Kasih?? Mari masuk dan menjadi tamu dalam rumah kami."
Kasih bangun dan berjalan menuju rumah itu. Dua orang yang lain juga bangun dan mengikutinya. Perempuan itu terkejut dan memandang kepada Kekayaan dan Keberhasilan, lalu berkata, "Saya hanya mengundang Kasih, mengapa kalian juga masuk ?"

Ketiga orang itu menjawab bersama-sama,
"Jika kalian mengundang Kekayaan atau Keberhasilan, dua dari kami akan tetap disini. Tapi karena kalian mengundang Kasih, Kemanapun ia pergi kami akan ikut dengannya. Dimana pun ada Kasih..... disitu ada Kekayaan dan Keberhasilan."

Saudaraku.....
ada banyak orang menghabiskan waktu mengejar kekayaan dan keberhasilan. Namun mereka tidak menyadari bahwa dalam hidup mereka pudar. Banyak keluarga akhirnya rusak bukan karena tidak ada keberhasilan dan tidak memiliki kekayaan... Tapi lebih karena Kasih yang sudah mulai hambar....!

Keberhasilan bisa kita raih..
Kekayaan bisa kita kumpulkan...
Namun...
Jika tanpa Kasih, hidup kita tidak akan pernah bahagia.

Kasih Kristus yang akan menyempurnakan kita.

Hadiah Kehidupan

Seorang tukang kayu mengalami hari kerja berat.
Pertama: Ban bocor membuatnya kehilangan satu jam kerja.
Kedua: Gergaji listriknya mati.

Wanita yang mempekerjakannya berbaik hati mengantarnya pulang. Ketika mereka berjalan menuju pintu depan. Ia berhenti sejenak di sebuah pohon kecil dan menyentuh ujung-ujung ranting sambil merenung lama.

Setelah menghela napas sebentar... Ia berjalan menuju ke pintu depan dengan perubahan raut wajah yang sangat mengagumkan!!! Ia memeluk kedua anaknya yang masih kecil dengan senyuman dan menghampiri istrinya dengan ciuman.

Tak berapa lama...Wanita itu diantarnya pulang. Ketika melewati pohon yang tadi, wanita itu bertanya dengan rasa ingin tahu tentang pohon yang ia sentuh sebelum masuk ke dalam rumah.
Jawab tukang kayu: "Oh..itu pohon permasalahan saya. Saya tidak mungkin lepas dari masalah di pekerjaan dan lainnya.
Tapi yang jelas MASALAH ITU BUKAN MILIK ISTRI & ANAK-ANAK SAYA.
Jadi saya menggantungkannya di pohon ini setiap malam saat saya kembali ke rumah. Saya memungutnya lagi keesokkan paginya....
Lucunya... saya selalu menemukan bahwa jumlahnya tidak sebanyak saat saya menggantungkannya di malam hari.

Saudaraku...
Kerap kali kita membawa banyak masalah atau urusan luar ke dalam rumah. Sehingga kita jadi uring-uringan, marah-marah, dan mudah emosi ketika bertemu dengan orang dirumah. Akibatnya mereka tidak mengalami kenyamanan ketika bertemu dengan kita. Mereka lebih memilih untuk menghindar karena takut di marahi dan malas mendengarkan omelan kita.

Belajarlah dari tukang kayu yang bijaksana ini...
Mari kita ciptakan pohon permasalahan kita disana sebelum kita masuk ke dalam rumah. Lebih dari itu letakkan setiap permasalahan yang sementara kita hadapi pada Tangan yang penuh Kuasa. Karena hanya didalam DIALAH kita bisa melewati semua problema kehidupan.
Yesus Kristus adalah kekuatan dan penghiburan dan DIA sanggup memberikan jalan keluar yang terbaik bagi setiap permasalahan kita.

Batas Surga dan Neraka

Suatu ketika seorang manusia diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan Tuhannya dan berkata, "Tuhan ijinkan saya untuk dapat melihat seperti apa Neraka dan Surga itu".

Kemudian Tuhan Membimbing manusia itu menuju ke dua buah pintu dan kemudian membiarkannya melihat ke dalam. Ditengah ruangan terdapat sebuah meja bundar yang sangat besar, dan ditengahnya terdapat semangkok sup yang beraroma sangat lezat yang membuat manusia tersebut mengalir air liurnya. Meja tersebut dikelilingi orang-orang yang kurus yang tampak sangat kelaparan.

Orang-orang itu masing-masing memegang sebuah sendok yang terikat pada tangan masing-masing. Sendok
 

© Copyright Bersemangat Setiap Hari . All Rights Reserved.

Designed by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine

Blogger Template created by Deluxe Templates