Katak Ingin Berjalan dengan Dua Kaki

Dalam kolam di lingkungan taman sebuah vihara, tinggallah sekumpulan katak. Salah satu katak itu gemar mendengarkan lantunan lagu-lagu do’a dari dalam vihara. Setiap pagi ia sengaja melompat ke tepi kolam dan memperhatikan para pengunjung yang sedang berdoa kepada Buddha.

Lama kelamaan katak itu ingin berdiri dan berjalan seperti para pengunjung yang setiap pagi memberi hormat dan berdo’a kepada sang Buddha. Sudah hampir satu bulan katak itu rajin berdo’a, memohon agar sang Buddha menga-bulkan impiannya itu. Tiba-tiba muncul sekilat cahaya terang menerpa kakinya. Sungguh ajaib, sejak saat itu ia dapat berdiri diatas kedua kakinya.

Sang katak merasa sangat girang. Ia segera terjun kedalam kolam, tidak sabar ingin segera menunjukkan kehebatannya berdiri diatas dua kaki kepada katak-katak yang lain. Dengan bangga ia menunjukkan kehebatannya, dan menda-patkan respon yang luar biasa dari katak yang lain.

Tetapi celakanya, pada saat yang sama tiba-tiba datang serangan dari seekor ular yang sedari tadi sudah bersiap menerkam sang katak. Sang katak berusaha kabur. Ia berlari dengan kedua kakinya, karena itu ia tidak dapat berlari kencang. Hampir saja ia dimangsa ular, bila tidak ditolong seorang penjaga taman.

Setelah kejadian itu ia baru mengerti bahwa ia telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengagumi kemampuan manusia. Seharusnya waktu yang sangat berharga itu ia manfaatkan untuk mengasah kemampuannya. “Saya ingin melompat lebih jauh dan tinggi, dan menjadi katak pelompat yang paling hebat,” bisiknya dalam hati. Sejak saat itu ia sangat menghargai waktu dan potensinya, dengan terus meningkatkan kemampuan melompat serta menjalani kehidupan dengan lebih bersemangat dan percaya diri.

Pesan :

Kisah tersebut merupakan cerminan kehidupan kita, dimana sangat banyak orang yang mengagumi kelebihan orang lain, misalnya dalam hal fisik yang rupawan, prestasi yang cemerlang ataupun kemampuan lainnya. Sampai-sampai tidak sedikit diantara mereka rela meniru setiap gerak-gerik maupun penampilan orang-orang yang dikagumi. Mereka mengalami krisis identitas.

Padahal sebenarnya diri kita sendiri menyimpan kelebihan-kelebihan yang dapat menjadi kekaguman banyak orang. Mengapa kita tidak ingin membuat orang lain kagum terhadap segala kelebihan yang kita miliki? Jangan hanya mengagumi orang-orang yang telah berhasil itu, tetapi jadikan mereka sebagai inspirasi untuk mengembangkan potensi besar yang kita miliki. “Untuk memahami hati dan pemikiran seseorang, jangan melihat apa yang telah mereka capai, tapi lihat apa yang mereka inspirasikan saat ini,” kata Kahlil Gibran.

Langkah pertama untuk menjadi kekaguman banyak orang adalah mengenali diri kita sendiri, dengan segala kelebihan dan kekurangan, dengan segala prestasi maupun kesalahan yang pernah kita perbuat. Kemudian ciptakan impian yang mampu menjadi daya dorong atau memicu semangat untuk berbuat sesuatu. Jack Kinder menyebutkan, “Prestasi yang tinggi selalu adalah hasil harapan dari yang tinggi.” Jadi jangan pernah takut untuk bermimpi.

Langkah selanjutnya adalah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang mendekatkan diri kita terhadap impian yang kita tuju. Patahkan kebiasaan-kebiasaan buruk sedikit demi sedikit. Sebaliknya, budayakan kebiasaan-kebiasaan yang membangun dan mampu mengoptimalkan segala potensi yang kita miliki secara bertahap. Misalnya membiasakan diri bertindak disiplin, tepat waktu, berpikir dan bertindak positif dan lain sebagainya. Lambat laun kita akan terbiasa melakukan kegiatan yang konstruktif dan menciptakan prestasi. Karena pada dasarnya, “Tidak pernah ada kata terlambat untuk menjadi apapun yang kita inginkan,” kata George Elliot.

Penulis : Andrew Ho

Ketika Kita HARUS MEMILIH

Alkisah seorang raja yang kaya raya dan sangat baik, ia mempunyai banyak sekali emas dan kuningan, karena terlalu banyak sehingga antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu. Suatu hari raja yang baik hati ini memberikan hadiah emas kepada seluruh rakyatnya, dia membuka gudangnya lalu mempersilakan rakyatnya mengambil kepingan emas terserah mereka.

Karena antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu sehingga sulit sekali di bedakan, mana yang emas dan mana yang kuningan, lalu mana yang emasnya 24 karat dan mana yang emasnya hanya 1 karat, namun ada peraturan dari sang raja, yaitu apabila mereka sudah memilih dan mengambil satu dari emas itu, mereka tidak boleh mengembalikannya lagi. Tetapi raja menjanjikan bagi mereka yang mendapat emas hanya 1 karat atau mereka yang mendapatkan kuningan, mereka dapat bekerja dikebun raja dan merawat pemberian raja itu dengan baik, maka raja akan menambah dan memberikan kadar karat itu sedikit demi sedikit.

Mendengar itu bersukacitalah rakyatnya, sambil mengelu-elukan rajanya. Mereka datang dari penjuru tempat, dan satu persatu dari mereka dengan berhati-hati mengamat-amati benda-benda itu, waktu yang diberikan kepada mereka semua ialah satu setengah hari, dengan perhitungan setengah hari untuk memilih, setengah hari untuk merenungkan, dan setengah hari lagi untuk memutuskan.

Para prajurit selalu siaga menjaga keamanan pemilihan emas tersebut, karena tidak jarang terjadi perebutan emas yang sama diantara mereka. Selamaproses pemilihan berlangsung, seorang prajurit mencoba bertanya kepada salah seorang rakyatnya! , “apa yang kau amat-amati, sehingga satu setengah hari kau habiskan waktumu disini? “, jawab orang itu “tentu saja aku harus berhati-hati, aku harus mendapatkan emas 24 karat itu “, lalu tanya prajurit itu lagi “seandainya emas 24 karat itu tidak pernah ada, atau hanya ada satu diantara setumpuk emas ini, apakah engkau masih saja mencarinya?, sedangkan waktumu sangat terbatas “, jawab orang itu lagi “tentu saja tidak, aku akan mengambil emas terakhir yang ada ditanganku begitu waktuku habis”.

Lalu prajurit itu berkeliling dan ia menjumpai seorang yang tampan, melihat perangainya ia adalah seorang kaya, bertanyalah prajurit itu kepadanya “hai orang kaya apa yang kau cari disini, bukankah engkau sudah lebih dari cukup? “, jawab orang kaya itu “bagiku hidup adalah uang, kalau aku bisa mengambil emas ini, tentu saja itu berarti menambah keuntunganku “.

Kemudian prajurit itu kembali mengawasi satu persatu dari mereka, maka tampak oleh nya seseorang, yang sejak satu hari ia selalu menggenggam kepingan emasnya, lalu dihampirinya orang itu “mengapa engkau diam disini?, tidakkah engkau memilih emas-emas itu? atau tekadmu sudah bulat untuk mengambil emas itu? “, mendengar perkataan prajurit itu, orang ini hanya diam saja, maka prajurit itu bertanya lagi “atau engkau yakin bahwa itulah emas 24 karat, sehingga engkau tidak lagi berusaha mencari yang lain?”, orang itu masih terdiam, prajurit itu semakin penasaran, lalu ia lebih mendekat lagi “tidakkah engkau mendengar pertanyaanku? “, sambil menatap prajurit, orang itu menjawab “tuan saya ini orang miskin, saya tidak pernah tahu mana yang emas dan mana yang kuningan, tetapi hati saya memilih emas ini, sayapun tidak tahu, berapa kadar emas ini, atau jika ternyata emas ini hanya kuninganpun saya juga tidak tahu “. “lalu mengapa engkau tidak mencoba bertanya kepada mereka, atau kepadaku kalau engkau tidak tahu ” tanya prajutit itu lagi.

“Tuan emas dan kuningan ini milik raja, jadi menurut saya hanya raja yang tahu, mana yang emas dan mana yang kuningan, mana yang 1 karat dan mana yang 24 karat. Tapi satu hal yang saya percaya janji raja untuk mengubah kuningan menjadi emas itu yang lebih penting ” jawabnya lugu.

Prajurit ini semakin penasaran “mengapa bisa begitu? “, “bagi saya berapapun kadar karat emas ini cukup buat saya, karena kalau saya bekerja, saya membutuhkan waktu bertahun-tahun menabung untuk membeli emas tuan” prajurit tampak tercengang mendengar jawaban dari orang ini, lalu ia melanjutkan perkataannya “lagi pula tuan, peraturannya saya tidak boleh menukar emas yang sudah Saya ambil “, “tidakkah engkau mengambil emas-emas yang lain dan menukarkannya sekarang, selagi masih ada waktu? ” tanya prajurit lagi, “saya sudah menggunakan waktu itu, kini waktu setengah hari terakhir saya, inilah saatnya saya mengambil keputusan!, jika saya gantikan emas ini dengan yang lain, belum tentu saya mendapat yang lebih baik dari punya saya ini, saya memutuskan untuk mengabdi pada raja dan merawat milik saya ini, untuk menjadikannya emas yang murni “,

Tak lama lagi lonceng istana berbunyi, tanda berakhir sudah kegiatan mereka. Lalu raja keluar dan berdiri ditempat yang tinggi sambil berkata “wahai rakyatku yang kukasihi, semua emas yang kau genggam itu adalah hadiah yang telah kuberikan, sesuai dengan perjanjian, tidak seorangpun diperbolehkan menukar ataupun menyia-nyiakan hadiah itu, jika didapati hal diatas maka orang itu akan mendapat hukuman karena ia tidak menghargai raj ” kata-kata raja itu disambut hangat oleh rakyatnya.

Lalu sekali lagi dihadapan rakyatnya raja ingin memberitahu tentang satu hal “dan ketahuilah, bahwa sebenarnya tidak ada emas 24 karat itu, hal ini dimaksudkan bahwa kalian semua harus mengabdi kepada kerajaan, dan hanya akulah yang dapat menambah jumlah karat itu, karena akulah yang memilikinya. Selama satu setengah hari, setengah hari yang kedua yaitu saat kuberikan waktu kepada kalian semua untuk merenungkan pilihan, kalian kutunggu untuk datang kepadaku menanyakan perihal emas itu, tetapi sayang sekali hanya satu orang yang datang kepadaku untuk menanyakannya “.

Demikianlah raja yang baik hati dan bijaksana itu mengajar rakyatnya, dan selama bertahun-tahun ia dengan sabar menambah karat satu persatu dari emas rakyatnya.

dikutip dari :
Kumpulan Sharing dan Cerpen Judul Asli:
When We Have to Choose

Berharap melalui alkisah diatas kita dapat merefleksi diri dalam mencari pasangan hidup :

1. Bagi yang sedang mencari pasangan alias cari pacar (setengah hari untuk memilih)
Memilih memang boleh tapi manusia tidak ada yang sempurna, jangan lupa emas-emas itu milik sang raja, jadi hanya dia yang tahu menahu masalah itu, artinya setiap manusia milik Tuhan jadi berdoalah untuk berkomunikasi denganNya tentang pasangan Anda.

2. Bagi yang telah memperoleh pasangan tapi belum menikah (setengah hari untuk merenungkan)
Mungkin pertama kali Anda mengenal, si dia nampak emas 24 karat, ternyata setelah bertahun-tahun kenal, si dia hanya berkadar 10 karat.

Diluar, memang kita dihadapkan dengan banyak pilihan, sama dengan rakyat yang memilih emas tadi, akan tetapi pada saat kita sudah mendapatkannya, belum tentu waktu kita melepaskannya kita mendapat yang lebih baik. Jadi jika dalam tahap ini Anda merasa telah mendapatkan dia, hal yang terbaik dilakukan ialah menilai secara objektif siapa dia (karena itu keterbukaan dan komunikasi sangat penting dalam menjalin hubungan), dan menyelaraskan hati Anda bersamanya, begitu Anda tahu tentang hal terjelek dalam dirinya sebelum Anda menikah itu lebih baik, dengan demikian Anda tidak merasa shock setelah menikah, tinggal bagaimana Anda menerimanya, Anda mampu menerimanya atau tidak, Anda mengusahakan perubahannya atau tidak, “cinta selalu berjuang “, dan jangan anggap tidak pernah ada masalah dalam jalan cinta Anda, justru jika dalam tahap ini Anda tidak pernah mengalami masalah dengan pasangan Anda (tidak pernah bertengkar mungkin) Anda malah harus berhati- hati, karena ini adalah hubungan yang tidak sehat, berarti banyak kepura-puraan yang ditampilkan dalam hubungan Anda yang terpenting adalah niat baik diantara pasangan, sehingga dengan komitmen dan cinta, segala sesuatu selalu ada jalan keluarnya. Meskipun dalam tahap ini Anda masih punya waktu setengah hari lagi untuk memutuskan, artinya anda masih dapat berganti pilihan, akan tetapi pertimbangkan dengan baik hal ini.

3. Bagi yang telah menikah (setengah hari untuk memutuskan)
Dalam tahap ini, siapapun dia berarti anda telah mengambil keputusan untuk memilihnya, jangan berfikir untuk mengambil keuntungan dari pasangan Anda, jika ini terjadi berarti Anda egois, sama halnya dengan orang kaya diatas, dan dengan demikian Anda tidak pernah puas dengan diri pasangan Anda,maka tidak heran banyak terjadi perselingkuhan. Anda tidak boleh merasa menyesal dengan pilihan Anda sendiri, jangan kuatir raja selalu memperhatikan rakyatnya, dan menambah kadar karat pada emasnya.

Jadi percayalah kalau Tuhan pasti akan memperhatikan Anda, dan Dia yang paling berkuasa mengubah setiap orang. Perceraian bukanlah solusi, sampai kapan kita harus menikah lalu bercerai, menikah lagi dan bercerai lagi???, ingatlah si dia adalah hadiah, siapapun dia terimalah dia karena sekali lagi itulah pilihan Anda, ingat ini adalah setengah hari terakhir yaitu waktu untuk memutuskan, setelah itu Anda tidak boleh menukar atau menyia-nyiakan emas Anda, jadi peliharalah pasangan Anda sebagaimana hadiah terindah yang telah Tuhan berikan. Dan apapun yang terjadi dengan pasangan Anda komunikasikanlah dengan Tuhan, karena Dia yang memiliki hati setiap manusia..

Suatu Kisah Cinta Sejati

John dan Jessica telah berumah tangga selama 7 tahun …

Mereka saling mencintai, namun Jessica sejak awal menutupi semua perasaan cintanya terhadap John. Ia begitu takut apabila John mengetahui betapa ia mencintai pria itu, John lantas meninggalkannya sebagaimana kekasih-kekasihnya selama ini. Tapi tidak bagi John. Ia selalu menyatakan perasaan cintanya kepada Jessica dengan tulus dan begitu terbuka. Setiap saat ketika bersama Jessica, John selalu menunjukkan cintanya yang besar,  seolah-olah itulah saat akhir John bersama Jessica.

Jessica selalu bersikap tidak menyenangkan terhadap John. Setiap saat dia selalu mencoba menguji seberapa besar cinta John terhadapnya. Jessica selalu mencoba melakukan hal-hal yang keterlaluan dan diluar batas kepada John. Meski Jessica tahu betapa hal itu sungguh salah, namun melihat sikap John yang tetap berlaku baik padanya, membuat Jessica tetap bertahan untuk melihat seberapa besar kesungguhan cinta pria yg dinikahinya itu.

Hari pertama pernikahan mereka. Jessica bangun siang. Dia tidak sempat menyiapkan sarapan untuk John ketika John hendak berangkat kerja. Namun John tetap tersenyum dan mengatakan, “Tidak apa-apa. Nanti aku bisa sarapan di kantor.”
Saat John pulang dari kantor, Jessica tidak sengaja memasak makanan yang tidak disukai John. Meski menyadari hal itu, Jessica tetap memaksakan agar suaminya mau makan makanan itu. John tetap tersenyum dan berkata, ” Wah…sepertinya sudah saatnya aku belajar menghadapi tantangan. Masakanmu sepertinya tantangan yang hebat, sayang. Aku sudah tidak sabar untuk menyantapnya.” Jessica terkejut, tapi tidak mengatakan apa-apa.

Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam saat Jessica terlelap John memanjatkan doa, “Tuhan….Di pagi pertama pernikahan kami Jessica tidak membuatkanku sarapan. Padahal aku begitu ingin bercakap-cakap di meja makan bersamanya sambil membicarakan betapa indah hari ini, di hari pertama kami menjalani kehidupan baru sebagai suami istri.. Tapi tidak apa-apa, Tuhan.. Karena sepertinya Jessica kelelahan setelah resepsi pernikahan kami tadi malam. Bantulah kekasih hatiku ini, Tuhan, agar dia boleh punya tenaga yang cukup untuk menghadapi hari baru bersamaku besok. Tuhan, Engkau tau betapa aku tidak bisa makan spaghetti karena pencernaanku yang tidak begitu baik. Tapi sepertinya Jessica sudah bekerja keras untuk masak makanan itu. Mampukan aku untuk menghargai setiap apa yang dilakukan istriku kepadaku, Tuhan..Jangan biarkan aku menyakiti perasaannya meski itu tidak mengenakkan bagiku..”

Tahun kedua pernikahan mereka. John membangunkan Jessica pagi-pagi untuk berdoa bersama. Namun Jessica menolak dan lebih memilih melanjutkan tidurnya. John tersenyum dan akhirnya berdoa seorang diri.

Sore hari sepulang kantor, John mengajak Jessica berjalan-jalan ke taman. Meski terpaksa, Jessica akhirnya mau juga ke tempat dimana dulu perasaannya begitu berbunga-bunga saat bersama John. Tetapi Jessica menolak rangkulan John, dan berkata, “Jangan, John..Aku malu..”..John tersenyum dan berkata, “Ya, aku mengerti..” Jessica melihat kekecewaan dimata John, namun tidak melakukan apapun untuk menghilangkan kekecewaan itu.

Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..” Tuhan..Ampuni aku yang tidak bisa membawa istriku untuk lebih dekat padaMU pagi hari ini..Mungkin tidurnya kurang karena pikirannya yang sedang berat..Tapi aku yakin, Tuhan besok Jessica mau bersama-sama denganku bercakap-cakap kepadaMu..Tuhan, Engkau juga tahu kesedihanku saat Jessica meolak kurangkul ketika ke taman hari ini. Tapi tidak apa-apa Dia sedang datang bulan, mungkin karena itu perasaannya juga jadi lebih sensitive, Mampukan aku untuk melihat suasana hati istriku, Tuhan.”

Tahun ketiga pernikahan mereka. Mereka kini mempunyai seorang putera bernama Mark. Jessica menjadi tidak pernah lagi meneruskan kebiasaannya membaca bersama John sebelum tidur. Jessica semakin sering menolak ciuman John..

Jessica memarahi John habis-habisan sore itu ketika John lupa mencuci tangan saat akan menggendong Mark ketika John pulang kerja..Jessica tahu betapa hal itu membuat John terpukul..Namun idealismenya terhadap mendidik Mark membuat Jessica mengabaikan perasaan John..Dan John tetap tersenyum..

Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..“Tuhan, Engkau tahu betapa sedih hatiku saat ini..Semenjak kelahiran Mark, aku kehilangan begitu banyak waktu bersama Jessica..Aku merindukan saat-saat kami membaca bersama sebelum tidur dan menciuminya sebelum ia tertidur..Tapi tidak apa-apa..Dia begitu capek mengurusi Mark seharian saat aku bekerja di kantor..Hanya saja, biarkanlah dia tetap terus tertidur dalam pelukanku, Tuhan….Karena aku begitu mencintainya. Sore tadi Jessica memarahiku karena aku lupa mencuci tangan saat menggendong Mark, Tuhan..Aku begitu kangen pada anakku sehingga teledor melakukan sebagaimana yg diminta istriku..Engkau tahu betapa aku terluka akan kata-kata Jessica, Tuhan..Tapi tidak apa-apa..Jessica mungkin hanya kuatir terhadap kesehatan anak kami Mark apabila aku langsung menggendongnya. Kesehatan Mark lebih penting daripada harga  diriku.”

Tahun keempat pernikahan mereka.. Jessica tidak ingat memasak makanan kesukaan John di hari ulang tahunnya..Jessica terlalu sibuk belanja sehingga lupa bahwa John selalu minta dibuatkan Blackforest dengan taburan coklat dan ceri diatasnya setiap ulang tahunnya tiba..

Jessica juga lupa menyetrika kemeja John yang menyebabkan John terlambatke kantor pagi itu karena John terpaksa menyetrika sendiri kemejanya..Jessica tau kesalahannya,  namun tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu hal yang penting.

Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..“Tuhan, Untuk kali pertama Jessica lupa membuatkan Blackforest kesukaanku di hari ulang tahunku ini..Padahal aku sangat menyukai kue buatannya itu. Menikmati kue Blackforest buatannya membuatku bersyukur mempunyai istri yang pandai memasak sepertinya, dan merasakan cintanya padaku.. Namun tahun ini aku tidak mendapatinya.  Tapi tidak apa-apa..mungkin lebih banyak hal-hal lain yang jauh lebih penting daripada sekedar Blackforest itu. Paling tidak, aku masih mendapatkan senyuman dan ciuman darinya hari ini. Ampuni aku, Tuhan apabila tadi pagi aku lupa tersenyum kepada Jessica..Aku terlalu sibuk menyetrika bajuku dan memikirkan pekerjaanku di kantor..Jessica sepertinya lupa untuk melakukan hal itu, meski aku sudah meminta tolong padanya tadi malam. Jangan biarkan aku melampiaskan emosiku karena dampratan atasanku akibat keterlambatanku hari ini kepada Jessica,  Tuhan.. Jessica mungkin keliru menyetrika kemeja mana yang seharusnya kupakai hari ini.. Lagipula, sepatuku begitu mengkilap..Aku yakin Jessica sudah berusaha keras agar aku kelihatan menarik saat presentasiku tadi..Terima kasih untuk kebaikan istriku, Tuhan.”

Tahun kelima pernikahan mereka. Jessica menampar dan menyalahkan John karena Mark sakit sepulang mereka berenang. John terlalu asyik bermain-main dengan Mark sehingga tidak menyadari betapa Mark sangat sensitive terhadap dinginnya air kolam renang, yang mengakibatkan Mark terpaksa dirawat dirumah sakit.

Jessica mengancam akan meninggalkan John apabila terjadi apa-apa dengan Mark. Jessica melihat genangan air mata di mata John, namun kekerasan hatinya lebih menguasainya ketimbang perasaan John.

Tetapi Malaikat tahu betapa saat itu John lantas menuju ke Kapel rumah sakit dan memanjatkan doanya sambil menangis..” Tuhan..Tadi Jessica menamparku karena kelalaianku menjaga Mark sehingga dia sakit.. Belum pernah Jessica bersikap dan berkata sekasar itu padaku, Tuhan..Tapi tidak apa-apa..Jessica benar-benar kuatir terhadap anak kami sehingga ia bersikap demikian..Tapi Tuhan, aku begitu terluka saat ia mengatakan akan meninggalkanku. Engkau tahu betapa ia adalah belahan jiwaku. Jangan biarkan hal itu terjadi, Tuhan..Mungkin dia begitu dikuasai kekuatiran sehingga melampiaskannya padaku..Tidak apa-apa, Tuhan..Tidak apa-apa. Asal dia mendapat ketenangan, aku akan merasa bersyukur sekali.. Dan sembuhkanlah putera kami, Mark agar dia boleh kembali dapat ceria dan bermain-main bersama kami lagi, Tuhan..”

Tahun keenam pernikahan mereka.. Jessica semakin menjaga jarak dengan John setelah kehadiran Rebecca, puteri mereka..Jessica tidak pernah lagi menemani John makan malam karena menjaga puteri mereka yang baru berusia 5 bulan..

Jessica juga menjual kalung berlian pemberian John dan menggantinya dengan perhiasan lain yang lebih baru. Ketika John mengetahui hal itu, Jessica tau John menahan amarahnya, namun Jessica berdalih, “John, itu hanya kalung berlian biasa. Lagipula, aku bukan menjualnya, melainkan menukarnya dengan perhiasan yang lebih baru..”

Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..“Tuhan, Aku begitu kesepian melewatkan makan malam sendirian tanpa Jessica bersamaku.. Aku begitu ingin terus bercerita dan tertawa bersamanya di meja makan..Engkau tau, itulah penghiburanku untuk melepas kepenatanku setelah seharian bekerja di kantor..Tapi tidak apa-apa..Rebecca tentu lebih membutuhkan perhatiannya daripadaku.. Lagipula, Mark kadang-kadang mau menemaniku.. Hanya saja, jangan biarkan aku memendam sakit hati kepada Jessica karena menjual kalung pemberianku. Engkau tau begitu lama aku menabung dan bekerja ekstra demi menghadiahinya kalung itu, hanya untuk membuktikan terima kasihku padanya atas kesetiaan dan pengabdiannya sebagai istriku dan ibu dari anak-anakku. Ampuni aku apabila tadi aku sempat berpikir untuk marah padanya..”

Tahun ketujuh pernikahan mereka.. Jessica sama sekali tidak mengindahkan kebiasaannya membelai kepala John dan mencium kening suaminya sebelum John berangkat kantor. Padahal Jessica tau, selama ini apabila dia lupa melakukannya, John selalu kembali kerumah siang hari demi mendapatkan belaian dan ciuman Jessica untuknya. Karena John tidak akan pernah tenang bekerja apabila hal itu belum dilakukan Jessica padanya..Jessica tidak mengucapkan I LOVE YOU untuk kali pertama dalam 7 tahun pernikahan mereka..

Dan di tahun ketujuh itu pula, John mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke kantor.. Ia mengalami pendarahan yang hebat, yang membuatnya terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit..

Jessica begitu terguncang dan terpukul.. Ia begitu takut kehilangan John, suami yang dicintainya. Yang selalu ada kapan saja dia butuhkan. Yang selalu dengan tersenyum menampung semua emosi dan kemarahannya.  Yang tak pernah berhenti mengatakan betapa John mencintainya. Tak sedikitpun Jessica beranjak dari sisi tempat tidur John. Tangannya menggenggam erat jemari suaminya yang terbaring lemah tak sadarkan diri. Bibirnya terus mengucapkan I LOVE YOU, karena ia ingat kalau ia belum mengatakan kalimat itu hari ini.

Karena begitu sedih dan lelah menunggui John, Jessica tertidur. Dalam tidurnya, malaikat yang selama ini mendengar doa-doa John pada Tuhan membawa Jessica melihat setiap malam yg John lewatkan untuk mendoakan Jessica. Ia menangis sedih melihat ketulusan dan rasa cinta yg besar dari John padanya. Tak sedikitpun John menyalahkannya atas semua sikapnya yang tidak mempedulikan perasaan dan harga diri John selama ini. Alih-alih demikian, John malahan menyalahkan dirinya sendiri. Jessica menangis menahan perasaannya. Dan untuk kali pertama dalam hidupnya, Jessica berdoa, “Tuhan, ampuni aku yang selama ini menyia-nyiakan rasa cinta suamiku terhadapku.  Ampuni aku yang tidak memahami perasaan dan harga dirinya selama ini. Beri aku kesempatan untuk menunjukkan cintaku pada suamiku, Tuhan… Beri aku kesempatan untuk meminta maaf dan melayaninya sebagai suami yang kucintai..”

Dan ketika Jessica terbangun, Ia melihat pancaran kasih suaminya menatapnya..” Kamu keliatan begitu lelah, sayang.. Maafkan aku yang tidak berhati-hati menyetir sehingga keadaannya mesti jadi begini dan membuatmu kuatir. Aku tidak konsentrasi saat menyetir karena memikirkan bahwa kau lupa mengatakan I LOVE YOU padaku..” Belum selesai John berbicara, Jessica lantas menangis keras dan menghambur ke pelukan suaminya..

“Maafkan aku, John..Maafkan aku..I LOVE YOU..I really Love you..Kaulah matahariku, John..Aku tidak bisa bertahan tanpamu..Aku berjanji tidak akan pernah lupa lagi mengatakan betapa aku mencintaimu. Aku berjanji tidak akan pernah mengabaikan perasaan dan harga dirimu lagi. I LOVE YOU, John..I LOVE YOU.”

Coba renungkan!
Berapa banyak diantara kita yg menjadi seperti Jessica? Yang mengabaikan perasaan kekasih hati kita demi kepentingan dan harga diri kita sendiri? Jangan sampai terjadi sesuatu yang berat untuk kita lalui demi menyadari betapa berharganya orang-orang yang mengasihi  kita..

Lebih dari itu, cinta yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa seperti John, yang mengabaikan kepentingan dirinya dan perasaannya demi menjaga dan menunjukkan cintanya kepada pasangannya. Yang menjadikan pasangan hidup kita sebagai subjek untuk dikasihi dan dilayani, bukan sebaliknya..

Adakah Orang Yang Akan Mendoakan Kita?

Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke. Sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.

Malaikat memulai pembicaraan, “Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup. Dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!

“Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang … ” kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.

Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, “Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit”.

Dengan lembut si Malaikat berkata, “Anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi. Rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu” .

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka”.

Kata Malaikat, “Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu”

Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 dini hari, ” Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, Aku tahu dia selingkuh, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya,

Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah.

Hamba masih membutuhkan Suami, Hamba belum mampu membesarkan mereka seorang diri.”

Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat”.

Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini bahwa dia bukanlah suami yang baik. Dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya. Malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa. Tapi waktunya sudah terlambat ! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang !

Dengan setengah bergumam dia bertanya, “Apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?”

Jawab si Malaikat, ” Ada beberapa yang berdoa buatmu. Tapi mereka tidak Tulus. Bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini. Itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik. Bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah”. Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia. Tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata,”Anakku, Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu ! ! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00?.

Dengan terheran-heran dan tidak percaya, si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

Bukankah itu Panti Asuhan ? kata si pengusaha pelan. “Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. “

“Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu. “

Doa sangat besar kuasanya. Tak jarang kita malas. Tidak punya waktu. Terbeban untuk berdoa bagi orang lain.

Ketika kita mengingat seorang sahabat lama/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal seharusnya kita berdoa bagi dia. Mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.

Disaat kita berdoa bagi orang lain, kita akan mendapatkan kekuatan baru dan kita bisa melihat kemuliaan Tuhan dari peristiwa yang terjadi.

Sukses Berawal Dari Hal Yang Sederhana

Suatu hari, seorang pangeran yang baru saja menjadi raja sedang bingung. Sebelum wafat, ayahnya meninggalkan surat wasiat yang ditujukan pada dirinya dan dua adik perempuannya.

Isi dari wasiat itu adalah bahwa dirinya ditunjuk menjadi raja berikutnya untuk menggantikan posisi ayahnya yang sudah wafat. Namun, wasiat yang berikutnya sungguh sulit untuk dilaksanakan.

Wasiat tersebut berisi pembagian 7 ekor kuda istimewa milik ayahnya yang sangat mahal harganya kepada tiga orang anaknya dengan perincian sebagai berikut. Setengah dari jumlah kuda diberikan pada anak pertama, seperempat dari jumlah kuda diberikan pada anak kedua, dan seperdelapan dari jumlah kuda diwariskan pada anak bungsu.

Sang raja (eks. pangeran) bingung bukan main, karena jika kuda diwariskan sesuai wasiat sang ayah, maka kuda-kuda itu harus dipotong-potong. Jika begitu, maka kuda itu tidak akan ada manfaatnya karena pasti mati.

Untuk itu raja muda tersebut meminta para penasihat terbaiknya berkumpul di ruang istana untuk memberikan solusi. Barangsiapa yang bisa memberikan ide yang sangat memuaskankan, maka ia akan mendapat uang emas dalam jumlah besar.

Orang pertama memberi ide, “Raja yang terhormat. Sebaiknya ikuti saja saran ayah raja sesuai wasiat. Siapa tahu memang begitu keinginannya.”

Orang kedua memberi ide lainnya, “Raja yang mulia. Menurut saya, cara yang efektif adalah jual saja kuda-kuda itu dan uangnya baru dibagi sesuai wasiat.”

Orang selanjutnya angkat bicara, “Saya mengusulkan agar raja lebih baik menyewa seorang filsuf atau orang yang pintar agar menyumbangkan idenya.”

Ketiga usul tersebut tidak begitu memuaskan sang raja. Tiba-tiba seorang pelayan yang berdiri di sampingnya dan menawarkan usul yang mudah. Hal ini tentu mengundang cemoohan dari para penasihat. Namun, raja bersikap bijaksana dan bersedia memberi kesempatan.

Ia berkata, “Begini saja, terlebih dahulu saya harus meminjam seekor kuda.” Permintaannya pun dikabulkan.

Kemudian ia melanjutkan, “Jumlah kuda raja ada 7 ekor dan ditambah 1 ekor lagi sehingga menjadi 8 ekor. Sesuai wasiat, maka anak pertama akan mendapatkan setengahnya. Jadi setengah dari delapan adalah 4 ekor. Anak kedua mendapatkan jatah seperempatnya. Jadi seperempat dari delapan adalah 2 ekor. Anak terakhir mendapat jatah seperdelapan, yaitu 1 ekor. Jika seluruhnya dijumlah, maka 4 ekor ditambah 2 ekor dan 1 ekor menjadi 7 ekor, persis seperti jumlah kuda raja. Terakhir, masih tersisa 1 ekor kuda pinjaman tadi, sehingga saya kembalikan pada pemiliknya.”

Sang raja sangat puas dan kagum dengan ide pelayannya. “Sungguh tak terduga ternyata kamu dapat memikirkan ide mudah seperti ini.” Akhirnya pelayan tadi berhak memperoleh hadiah uang emas yang banyak.

Pesan pada pembaca:
Mungkin banyak dari Anda yang berpikir bahwa untuk sukses, harus melakukan hal-hal yang rumit, melakukan hal-hal yang besar atau menggunakan teknik-teknik canggih.

Sebenarnya sukses adalah kumpulan dari tindakan yang sederhana secara konsisten. Tindakan itu tentunya tindakan yang membawa Anda ke arah sukses. Tindakan yang besar berasal dari kumpulan tindakan kecil, dan tindakan kecil berasal dari tindakan yang lebih kecil lagi. Jadi, jangan berpikir bahwa sukses membutuhkan tindakan raksasa.

Contoh, komputer canggih seperti sekarang ini ternyata hanya terdiri dari angka 0 dan 1 (angka biner). Kumpulan angka-angka inilah yang memprogram komputer untuk berfungsi. Rumus-rumus matematika yang paling rumit sekalipun berasal dari kumpulan perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Perkalian pun ternyata berasal dari penjumlahan berulang. 3 x 5 = 5 + 5 + 5 = 15. jadi, semua yang terlihat rumit sebenarnya adalah kumpulan dari hal-hal yang sederhana. Hal besar tidak akan pernah ada jika tidak ada hal kecil.

Orang yang sukses adalah orang yang melakukan tindakan kecil namun konsisten. Perjalanan ribuan mil berhasil ditempuh bukan karena langkah raksasa, melainkan usaha untuk berjalan selangkah demi selangkah sampai ke tujuan.

Demi Impian Anda, Jangan Pernah Berhenti

Zaman dahulu kala, hiduplah seorang ibu bersama seorang anak kesayangannya yang masih sekolah. Sang ibu sudah ditinggal oleh suaminya yang telah meninggal dunia terlebih dahulu. Untuk menopang keluarganya, sang ibu mencari nafkah dengan menerima jasa membuat lukisan.

Lukisan yang dibuatnya sungguh indah dan membuat orang kagum, sehingga banyak orang meminta dirinya untuk membuat lukisan. Hasil dari pembuatan lukisan tersebut cukup untuk menghidupi dirinya dan anaknya.

Sang anak pada mulanya sangat bersemangat dan rajin bersekolah. Namun, lama-kelamaan, kelakuannya mulai berubah. Sifatnya yang rajin mulai mengendur, tidak belajar saat ujian hampir tiba sehingga nilai sekolah kurang memuaskan. Dan yang paling berat adalah ia mulai sering bolos sekolah.

Sang ibu sudah diberitahu perihal kelakukan anaknya oleh pihak sekolah. Berkali-kali anak tersebut dinasihati, tetapi sifat buruknya tidak juga dibuang. Sampai suatu hari, anaknya mendapat surat peringatan terakhir. Jika anaknya terus-terusan membolos, maka ia akan dikeluarkan dari sekolah. Di sisi lain, nilainya yang anjlok kemungkinan besar bisa membuatnya gagal naik kelas.

Sang ibu menegur anaknya. Dan ketika kemarahannya mulai memuncak, sambil menangis, ia mencoret dan menyobek lukisan yang sudah hampir selesai. Lukisan yang telah dibuat berminggu-minggu dirusak begitu saja. Hati anaknya ikut teriris sebab ia tahu ibunya susah payah melukis untuk menyekolahkan dan menghidupi dirinya. Anaknya pun ikut menangis dan memeluk ibunya sambil meminta maaf.

“Ampun, Bu! Aku minta maaf, aku tidak akan jahat lagi. Aku tahu aku telah bersalah, tapi ibu jangan merusak lukisan yang sudah ibu lukis dengan susah payah,” ujar anaknya.

Ibunya pun berkata, “Tidak ada gunanya ibu melukis hanya untuk melihat dirimu seperti ini. Ibu membuat lukisan dengan harapan bisa menyekolahkanmu agar kelak kamu bisa menjadi orang yang berguna. Jika kamu dikeluarkan dari sekolah atau tinggal kelas, pengorbanan ibu akan menjadi sia-sia.”

Ibunya melanjutkan, “Lihat lukisan yang sudah rusak ini! Lukisan ini dibuat dari goresan demi goresan dan dibutuhkan ketekunan dan ketelitian untuk membuatnya menjadi indah. Karena itulah sebuah lukisan indah bisa bernilai tinggi. Karena ibu sudah mencoret dan merusaknya, maka lukisan ini sudah tidak bernilai lagi. Begitu juga dengan kamu. Apa yang sudah kamu pelajari di sekolah sampai sejauh ini sesungguhnya sangat berguna bagi masa depan kamu. Tetapi, sifat kamu yang buruk akan membuat semuanya menjadi tidak berguna dan bernasib sama seperti lukisan ini..”

Sambil berlinang air mata, anaknya sadar dan berjanji pada ibunya, “Aku menyesal dan tidak akan mengulangi lagi perbuatanku yang dulu. Aku berjanji tidak akan bolos lagi dan akan belajar dengan rajin agar kelak bisa membahagiakan ibu.”

Sejak saat itu, anaknya mulai berubah menjadi anak yang rajin, ulet, tidak bolos sekolah, dan menyayangi ibunya.

Pesan kepada pembaca:
Bagi sebagian besar orang, memulai sesuatu untuk meraih impian mungkin tidak sulit. Yang membuatnya menjadi sulit adalah begitu banyak orang yang memutuskan untuk berhenti di tengah jalan. Banyak orang yang memutuskan untuk menyerah karena berbagai masalah.

Mungkin Anda juga pernah mengalami hal seperti ini. Anda memiliki impian yang sangat ingin Anda raih. Semangat Anda begitu berkobar. Tekad Anda begitu besar untuk menjadi seperti yang Anda inginkan. Anda mulai mengambil tindakan. Tetapi seiring berjalannya waktu, semangat Anda mulai kendur. Hambatan demi hambatan membuat Anda putus asa dan menyerah. Akhirnya, impian Anda terkubur dalam-dalam dan mulai dilupakan. Impian yang begitu indah akhirnya ternoda dan rusak.

Sesungguhnya semua orang, termasuk Anda, bisa meraih impian jika Anda tidak pernah mau menyerah. Jika Anda terus berjalan, maka Anda akan tiba di tempat yang Anda impikan. Tidak peduli berapa banyak hambatan, rintangan, masalah atau kegagalan yang berusaha menghentikan Anda, jika Anda memutuskan untuk tidak berhenti, maka tidak akan ada yang bisa menghentikan langkah Anda untuk mencapai impian.

Bukankah musuh yang paling ditakuti adalah musuh yang tidak pernah mau menyerah? Berhenti dan menyerah bukanlah pilihan yang dibuat oleh seorang juara. Seorang juara tidak akan pernah menjadi juara jika ia memutuskan untuk berhenti. Seorang juara juga pernah jatuh, tetapi ia dikenang bukan karena ia pernah jatuh, melainkan karena memilih untuk tidak menyerah, bangkit dan akhirnya berhasil mencapai impian-impiannya.

Tetesan Terakhir

Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat. Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini.

Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. ‘Hingga tetes terakhir’, pikirnya.

Manusia kuat lalu menantang para penonton : “Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!”

Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras… dan menekan sisa jeruk… tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : “Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?”

Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. “Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung.” Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.

Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras… dan “ting!” setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung. Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.

Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, “Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?”

“Begini,” jawab wanita itu, “Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku. Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku”.

Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku.

“Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya”, demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut.

Kekuatan Maksimal Diri

Maksimalkan Kelebihan dan Kekuatan Yang Kita Punya

Seekor kura-kura terlihat sedang berjalan sendirian di tepi hutan, ia berjalan lamban dan kurang bersemangat. Rupanya ia iri dengan kemampuan si Rusa yang bisa berlari cepat sedangkan ia hanya bisa berjalan lamban sekali. Si rusa mengabarkan bahwa si Raja Hutan sedang kelaparan dan ingin memangsa siapa saja yang ditemuinya. Melihat si Kura-Kura yang lamban ia mengatakan, wah kalo si Raja Hutan bertemu denganmu pasti kamu akan menjadi santapannya, karena berlari saja kamu tidak mampu. Mendengar perkataan si Rusa maka Kura-Kura pun minta tolong untuk diajarkan bagaimana cara berlari cepat sehingga bisa terhindar dari ancaman si Raja Hutan.

Rusapun mengajarkan cara berlari yang cepat untuk menghindar dari terkaman si Raja Hutan. Kura-kura belajar siang dan malam tanpa lelah, namun meskipun berusaha sekeras mungkin tetap saja ia berlari tidak secepat rusa.

Suatu hari, tanpa sengaja si Kura-Kura bertemu dengan si Raja Hutan. Melihat si Raja Hutan yg sedang kelaparan dan siap memangsanya, si Kura-Kura berlari secepat yg ia bisa, namun jalan si Kura-Kura terlihat malah aneh dan si Raja Hutan malah tertarik untuk menangkapnya. Ia pun menangkap dan mempermainkan si Kura-Kura dengan cakarnya yg tajam. Akhirnya si Kura-Kura pasrah dan menarik seluruh anggota tubuhnya ke dalam tempurung sambil berdiam diri menunggu eksekusi si Raja Hutan.

Si Raja hutan berusaha dengan segala cara untuk menghancurkan tempurung Kura-Kura dengan kukunya yang tajam, dan dengan gigitan-gigitannya, namun tempurung itu sangat kuat, kokoh laksana baja. Akhirnya si Raja Hutan menyerah dan meninggalkan Kura-Kura bersama tempurungnya.

Kejadian itu rupanya diamati oleh seekor monyet yang ada di atas pohon. Si Monyet memberitahu Kura-Kura bahwa ia selamat dan si Raja Hutan telah meninggalkannya dengan frustasi. Beruntung kamu Kura-Kura karena kamu mempunyai tempurung yang kuat sebagai pelindungmu, tanpa harus berssusah payah untuk lari atau memanjat pohon seperti kami, ujar si Monyet.

Demikianlah setiap makhluk mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sebagaimana diri kita. Janganlah terlalu fokus pada kelebihan orang lain, sampai anda melupakan untuk memaksimalkan kelebihan yang anda punya. Bersyukurlah atas apa yang kita punya dan jangan hanya memikirkan kelemahan diri kita, tetapi di balik kelemahan pasti ada kelebihan yang orang lain belum tentu punya.

Isyarat I Love You

treat every love as last love…

Sejak semula, keluarga dari si gadis tidak menyetujui hubungannya dengan sang pemuda. Mereka mengajukan alasan mengenai latar belakang keluarga, bahwa jika si gadis memaksa terus bersama dengan sang pemuda, dia akan menderita seumur hidupnya….. Karena tekanan dari keluarganya, si gadis jadi sering bertengkar dengan pacarnya. Gadis itu benar2 mencintainya, dan dia terus-menerus bertanya, “Seberapa besar kamu mencintaiku?” Sang pemuda tidak begitu pandai berbicara, dia selalu membuat si gadis marah. Dan komentar-komentar dari orangtuanya membuatnya bertambah kesal. Sang pemuda selalu menjadi sasaran pelampiasan kemarahannya. Dan sang pemuda selalu membiarkannya melampiaskan kemarahannya kepadanya….

Setelah beberapa saat, sang pemuda lulus dari perguruan tinggi. Ia bermaksud meneruskan kuliahnya ke luar negeri, tapi sebelum dia pergi, dia melamar gadisnya, “Saya tidak tahu bagaimana mengucapkan kata2 manis, tapi saya tahu bahwa saya mencintaimu. Jika kamu setuju, saya ingin menjagamu seumur hidupmu. Mengenai keluargamu, saya akan berusaha keras untuk meyakinkan mereka agar menyetujui hubungan kita. Maukah kamu menikah denganku?” Si gadis setuju, dan keluarganya setelah melihat usaha dari sang pemuda, akhirnya merestui hubungan mereka. Sebelum pemuda itu berangkat, mereka bertunangan terlebih dahulu. Si gadis tetap tinggal di kampung halaman dan bekerja, sementara sang pemuda meneruskan kuliahnya di LN…..

Mereka melanjutkan hubungan mereka melalui surat dan telepon. Kadang-kadang timbul kesulitan, tapi mereka tidak menyerah terhadap keadaan. Suatu hari, dalam perjalanan ke tempat perhentian bis sepulang dari kerja, si gadis tertabrak mobil hingga tak sadarkan diri. Ketika siuman, dia melihat kedua orangtuanya dan menyadari betapa beruntungnya dia dapat selamat. Melihat air mata orangtuanya, dia berusaha untuk menghibur mereka. Tetapi dia menemukan… bahwa dia tidak dapat berbicara sama sekali. Dia bisu….. Menurut dokter kecelakaan tersebut telah mencederai otaknya, dan itu menyebabkannya bisu seumur hidupnya. Mendengar orangtuanya membujuknya, tapi tidak dapat menjawab sepatah kata pun, gadis tersebut pingsan…

Sepanjang hari hanya dapat menangis dan membisu…Ketika akhirnya dia boleh pulang dari RS, dia mendapati rumahnya masih seperti sedia kala. Hanya jika telepon berdering, dia menjadi pilu. Dering telepon telah menjadi mimpi terburuknya. Dia tidak dapat memberitakan kabar buruk tersebut kepada pacarnya dan menjadi bebannya. Dia menulis sepucuk surat untuknya, memberitahukan bahwa dia tdk mau lagi menunggunya. Hubungan antara mereka sudah putus, bahkan dia mengembalikan cincin pertunangan mereka. Mendapat surat dan telepon dari si pemuda, dia hanya bisa menitikkan air mata… Ayahnya tidak tahan melihat penderitaannya, dan memutuskan untuk pindah. Berharap bahwa dia dapat melupakan segalanya dan menjadi lebih bahagia…

Pindah ke tempat baru, si gadis mulai belajar bahasa isyarat. Dia berusaha melupakan sang pemuda… Suatu hari sahabatnya memberitahukan bahwa pemuda itu telah kembali dan mencarinya ke mana-mana. Dia meminta sahabatnya untuk tidak memberitahukan dimana dia berada dan menyuruh pemuda tsb. untuk melupakannya…. Lebih dari setahun, tidak terdengar lagi kabar pemuda itu sampai akhirnya sahabat si gadis menyampaikan bahwa sang pemuda akan menikah dan menyerahkan surat undangan. Dia membuka surat undangan itu dengan hati pedih, dan menemukan namanya tercantum dlm undangan. Sebelum dia sempat bertanya kepada sahabatnya, tiba-tiba sang pemuda muncul di hadapannya.Dengan bahasa isyarat yang kaku, ia menyampaikan bahwa….
Aku telah menghabiskan waktu lebih dari setahun untuk mempelajari bahasa isyarat, agar dapat memberitahukan kepadamu bahwa aku belum melupakan janji kita, berikan aku kesempatan, biarkan aku menjadi suaramu.

Keseimbangan Hidup

Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.

“Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan,” seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, “Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?”

Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, “Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari”.

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, “Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?”

Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, “Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya.”

Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, “Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman.” tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, “Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua”.

“Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulahkehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis”.

Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, “Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati”.

======================================================

Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.
Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang!

Sekantong Bibit Kacang Tanah

Dikisahkan, ada seorang gadis muda yang bertekad membantu desa asalnya yang miskin dan terbelakang. Dia rajin mengusahakan segala daya upaya untuk bisa menghasilkan uang guna membeli buku dan perlengkapan sekolah anak-anak di sana. Tetapi, sehebat apapun usahanya, terasa masih saja serba kekurangan.

Hingga suatu hari, dia mendapatkan janji bertemu dengan seorang kaya di kota, dengan harapan si tuan kaya mau memberi sumbangan uang. Setelah bertemu, si gadis muda menceritakan keadaan desanya dan sarana pendidikan yang jauh dari memadai serta memohonkan bantuan untuk mereka.

Dengan nada bosan dan tidak bersahabat, tuan kaya berkomentar santai, “Gadis muda. Kamu salah alamat. Di sini bukan badan amal yang memberi sumbangan cuma-cuma. Kalau memang anak-anak desamu tidak bisa sekolah, ya itu nasib mereka. Kenapa aku yang harus membantu?”

Tampak dia tidak mempercayai sedikitpun ketulusan gadis muda di hadapannya. Dengan pandangan tidak berdaya dan putus asa, si gadis tahu, usahanya telah gagal.

Tetapi sebelum pergi, dia mencoba berusaha yang terakhir, “Tuan, kalau boleh, apakah saya bisa meminjam sekantong bibit unggul biji kacang yang tuan hasilkan selama ini? Anggaplah hari ini tuan telah membantu kami dan saya berjanji tidak akan mengganggu tuan lagi.”

Dengan heran dan karena ingin segera mengusir si gadis, tanpa banyak cakap, segera diberinya sekantong bibit kacang tanah yang diminta. Sepulang dari sana, si gadis memulai gerakan menanam biji kacang tanah di atas tanah penduduk miskin, dengan tekad sebanyak satu kantong biji kacang tanah, akan menghasilkan kacang sebanyak yang bisa tumbuh di sana.

Usahanya berhasil dan beberapa saat setelah panen, si gadis kembali mendatangi si hartawan, “Tuan, saya datang kemari dengan tujuan untuk mengembalikan sekantong biji kacang tanah yang saya pinjam waktu itu.”
Lalu si gadis menceritakan keberhasilan mereka menanam hingga memanen, dari sekantong biji kacang menjadi sebanyak itu. Si tuan kaya terkesan dengan hasil usaha dan ketulusan si gadis muda dan berkenan datang ke desa meninjau.

Dia sangat terkesan dan kemudian malahan menyumbangkan alat-alat pertanian, mengajarkan cara bertani yang baik, dan membeli semua hasil panen yang dihasilkan desa tersebut. Tiba-tiba kehidupan di desa itu berubah total. Mereka mampu menghasilkan uang, hidup lebih sejahtera, dan mampu membangun sekolah untuk pendidikan anak-anaknya. Sungguh perjuangan seorang gadis muda yang membanggakan dan nyata! Tidak ada usaha yang sia-sia! Seluruh penduduk desa selalu bersyukur dan berterima kasih atas jasa si gadis muda.

Para pembaca yang luar biasa,

Kehidupan di dunia ini sangat realistis. Saat kita dalam keadaan lemah, mundur, gagal, banyak orang mencemooh kita. Saat kita ingin memulai usaha atau ada ide-ide baru yang mau kita kerjakan, ada saja orang yang tidak mau membantu tetapi meremehkan, menghina dan memandang sebelah mata. Ya, tidak usah marah, dendam ataupun membenci. Lebih baik siapkan segalanya secara maksimal dan perjuangkan sampai berhasil. Setelah ada bukti sukses baru orang akan percaya dan lambat atau cepat akan memberi pengakuan pada kita.

Tapi jangan heran, saat kita sukses ada pula orang yg menunggu kapan kita jatuh. Maka yang paling utama adalah sikap kita. Sewaktu kita gagal dan diremehkan tidak marah. Sewaktu kita sukses, tidak lupa diri. Walaupun sukses tetap rendah hati dan bersahaja. Dan, tetap optimis menciptakan kesuksesan yang lebih besar.

Apa Yang Kita Pikirkan Belum Tentu Benar Adanya

Dikisahkan, seorang pemuda sedang berada di ujung tanduk. Ia terancam diberhentikan oleh atasannya. Alasannya, ia telah melakukan kesalahan yang cukup fatal. Ia sebenarnya telah melakukan perjanjian pada hari sebelumnya untuk bertemu seorang investor guna melakukan kesepakatan proyek berskala besar.

Tetapi karena sesuatu hal, ia terlambat. Karena investor tersebut telah menunggu cukup lama dan tidak punya waktu lagi dikarenakan jadwal penerbangan ke luar negeri, maka kesepakatan tersebut batal sehingga membuat perusahaan tempatnya bekerja menderita kerugian.

Sang atasan sangat murka atas apa yang telah terjadi. Proyek besar yang sudah ada di depan mata hilang begitu saja. Meskipun pemuda tersebut berusaha menjelaskan alasan keterlambatannya, atasannya tidak peduli dan tidak mau tahu. Dengan wajah yang marah, ia langsung memecatnya dengan tidak hormat dan mengimbau agar dirinya tidak usah datang lagi esok. Pemuda tersebut sangat sedih, sekaligus pasrah menerima keputusan atasannya.

Beberapa detik kemudian, telepon genggam atasan berbunyi. Wajahnya yang marah berubah menjadi pucat ketakutan setelah mendengar berita bahwa ibunya kecelakaan dan terbaring di rumah sakit. Tanpa pikir panjang, ia segera bergegas menuju rumah sakit. Melihat keadaan itu, pemuda yang dipecat beserta karyawan lain juga ikut menyusul.

Akhirnya mereka mereka tiba di rumah sakit tempat ibu atasan dirawat. Segera mereka menuju ke kamar pasien dengan cemas untuk mengetahui kondisi pasien. Saat mereka tiba, pasien sedang tertidur. Dokter menegaskan, “Ibu Anda sekarang selamat. Untung saja ia cepat dibawa ke sini.”

Sang atasan menatap ibunya dengan wajah sedih. Tidak lama kemudian, mata ibunya mulai terbuka dan terbangun. Mereka begitu bersyukur dan bisa bernapas lega. Tiba-tiba, mata ibunya melebar seperti kaget ketika menatap seorang pemuda yang dipecat tadi.

Sambil menunjuk pemuda itu, ia bertanya pada anaknya, “Siapa pemuda itu?”

Sang atasan menjawab, “Ia mantan karyawan saya. Tadi pagi sudah saya pecat karena terlambat. Proyek saya gagal karenanya.”

Ibunya langsung berkata, “Anakku. Dia terlambat karena dia yang telah menolong dan membawa ibu ke rumah sakit ini. Kalau tidak ada dia, mungkin ibu tidak bisa diselamatkan lagi. Dialah penolong ibu. Kamu harusnya berterima kasih padanya, bukan memecatnya. Sekarang kamu harus minta maaf padanya dan pekerjakan dia kembali sebagai karyawanmu.”

Sang atasan begitu terkejut mendengar kenyataan ini, begitu juga dengan karyawan lainnya. Dengan wajah malu-malu, ia meminta maaf kepada pemuda yang tadi dipecatnya, kemudian membatalkan pemecatan dan mengangkatnya kembali ke posisi yang lebih tinggi karena rela menolong nyawa seseorang meskipun tahu akan kehilangan sebuah proyek besar.

Pesan kepada pembaca:

Sering kali apa yang kita pikirkan mengenai sesuatu atau seseorang tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti halnya pada cerita di atas dimana atasan tidak tahu dengan pasti apa yang telah dilakukan karyawannya sehingga menyebabkan dirinya terlambat.

Kita kadang merasa sudah tahu segalanya dan merasa bahwa kita ini paling benar. Padahal apa yang kita ketahui sangatlah sedikit sekali dikarenakan keterbatasan pandangan mata dan pikiran kita. Karena keterbatasan itulah, kita sering membuat kesimpulan sepihak yang belum tentu benar 100%. Inilah yang membuat kita sulit untuk memahami orang lain. Ketika orang lain bertindak tidak sesuai dengan yang kita harapkan, kita cenderung main hakim sendiri tanpa pernah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kita menjadi terlalu egois, merasa diri paling benar dan menganggap orang lain salah.

Begitu juga ketika kita memandang sesuatu hal yang terjadi. Kita hanya melihat dan menafsirkan sendiri sesuai dengan pemikiran kita. Kita akhirnya membuat kesimpulan dan memberi arti dari kejadian itu. Saat itulah kita menganggap pemikiran kitalah yang benar dan menilai salah pemikiran lainnya. Itulah sebabnya mengapa dua orang mengalami peristiwa yang sama, tetapi reaksi mereka sangat berbeda.

Dua orang karyawan dipecat. Satunya bereaksi negatif dengan cara mabuk-mabukan, stres atau marah-marah. Yang satu lagi bereaksi positif dengan cara bekerja keras agar bisa sukses melebihi atasannya. Dua orang memandang sesuatu yang sama secara berbeda.

Maka dari itu, mulai hari ini berusahalah untuk lebih bijaksana menilai sesuatu atau seseorang. Dengan begitu, kita akan lebih memahami prinsip dan nilai-nilai kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

Nilai Kehidupan

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.

Segera timbul kesadaran baru. “Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”.

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

=================================================

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!

Perlombaan Kancil Dan Kera

Di suatu desa yang sejuk dan nyaman. Hiduplah dua sahabat kecil, namanya keri (seekor kera) dan kanci (seekor kancil). Mereka berdua sedang menikati hangatnya cahaya matahari yang terasa hangat menyentuh mereka di balik pepohonan. Tiba – tiba muncul ide iseng di kepala si keri untuk mengajak si kanci berlomba membuktikan diri, siapa yang lebih hebat diantara mereka berdua.

Karena merasa tertantang akhirnya si kancipun menerima tantangan temannya. Keri yang merasa lebih hebat dalam memanjat langsung mengajak sahabatnya menemui si tucil (tupai kecil) yang tinggal di batang pohon “inspirasi” dan berniat menjadikannya sebagai juri. Begitu tiba di tempat tucil, mereka menyampaikan maksud kedatangan mereka untuk menjadikannya sebagai juri dalam perlombaan yang mereka rencanakan.

Karena tidak tahu maksud kedua temannya si tucil asal saja berkata “baiklah, siapa yang lebih dulu mencapai puncak pohon inspirasi ini akan diakui sebagai orang hebat.”  Si keri langsung melompat dan tidak lama dia melambai – lambai kebawah dengan tatapan mengejek. Kanci yang tidak bisa memanjat pohon inspirasi langsung protes dan mengajak temannya untuk mangadakan pertandingan ulang! dengan menjadikan paku (pak kuda) sebagai jurinya.

Pak kuda yang tinggal di lereng gunung motivasi terkaget – kaget mendengar ide jahil mereka berdua. Lalu dengan asal saja paku mengatakan “baiklah, siapa yang lebih dulu mencapai puncak gunung “motivasi” ini, akan diaku sebagai yang terhebat” tanpa pikir panjang si kanci berlari secepat -cepatnya. Setiba di atas dia berteriak kebawah dan melambaikan kakinya dengan tatapan yang tak kalah mengejek.

Pak beruang yang sedari tadi memperhatikan tingkah dua warga hutan itu mendekat dan bicara pada mereka berdua “kalian sedang apa sih?” keri yang merasa di kalahkan menjawab “si kanci itu pak, masa ngajak saya lari ke puncak gunung motivasi. Yah mana kuat saya mengejarnya?” si kanci yang merasa tidak begitu ceritanya langsung protes “gak koq pak, si keri itu yang ngajak lomba, tadi dia ngajak saya lomba manjat pohon inspirasi. Yah jelas saya kalah lah.”

Pak beruang langsung mengerti duduk masalahnya, dan berkata “kalian lihat pulau di kaki gunung motivasi itu?” mereka berdua serentak menjawab “iya pak.”
“Baiklah, bagaimana kalau kalian berdua berlomba mencapai pulau itu dan siapa yang bisa mengambil buah inspirasi di pohonnya yang ada di pulau itu, dia yang menang! setuju?” setelah keduanya meng-iya-kan pak beruang langsung menghitung “1… 2… 3…”
Mereka berdua pun langsung berlari secepat – cepatnya untuk mencapai pulau di kaki gunung motivasi dan memetik buah diatas pohon inspirasi seperti mana di nyatakan oleh pak beruang.

Kancil dengan gesit menyebrangi sungai kecil yang terbentang antara pulau kecil dan gunung motivasi dengan melompat2 kecil. Sementara si keri tertinggal karena tidak ada dahan yang bisa dijadikan ayunan untuk menyebrang ke pulau itu.
Sesampainya di sebrang pulau si kanci malah bingung sendiri. Bagaimana caranya memetik buah inspirasi yang tergantung tinggi itu? pada saat yang bersamaan si keri berteriak pada sahabatnya “kanci, jemput aku disini! dan aku akan mengambilkan buah inspirasi itu untuk kamu!” kanci berpikir sejenak. Setelah yakin untuk menjemput keri diapun melompat dan menjemput temannya disebrang. Keri menaiki punggung kanci dan mereka berdua pun sampai di pulau sebrang. Sesuai janjinya keri memanjat pohon itu untuk sahabatnya!.

Di kejauhan pak beruang bertepuk riang menyaksikan kerja sama mereka berdua! “kalian sudah liat sendiri? kalian berdua berbeda dan masing – masing memiliki peran yang unik dalam tim! kita tidak bicara siapa yang terhebat diantara kita. Tapi bagaimana mengorganisir semua kelebihan kita untuk dijadikan sebuah kekuatan yang tidak terkalahkan!”

Si kanci dan keri pun sadar bahwa kerja sama tim harus lebih diutamakan. Mereka berdua bersalaman, kembali ke bawah pohon dan menikmati hangatnya cahaya matahari.

Benarkah 8 x 3 = 23??

Suatu masa di China,
Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumuni banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat.

Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?

“Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat, 3×8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi”.

Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan”.

Yan Hui: “Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?”

Pembeli kain: “Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?”

Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu”.

Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tahu duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: “3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia.” Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain.

Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas. Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : “Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh.”

Yan Hui bilang baiklah lalu berangkat pulang.

Di dalam perjalanan tiba2 angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba2 ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti.

Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah adik istrinya.

Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: “Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?”

Confusius berkata: “Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh”.

Yan Hui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.”

Confusius bilang: “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?”

Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : “Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu.”

Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya.

Cerita ini mengingatkan kita:

Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya.

Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting.

Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara2 bertaruh mati2an untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat.

Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang.

Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan atasan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan suami. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga.

Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga

Kemenangan bukanlah soal medali, tapi terlebih dulu adalah kemenangan terhadap diri dan lebih penting kemenangan di dalam hati.

Kisah Hachiko Si Patung Anjing Di Shibuya

Dahulu ada seorang profesor setengah tua tinggal sendirian di Kota Shibuya. Namanya Profesor Hidesamuro Ueno. Dia hanya ditemani seekor anjing kesayangannya, Hachiko. Begitu akrab hubungan anjing dan tuannya itu sehingga kemanapun pergi Hachiko selalu mengantar. Profesor itu setiap hari berangkat mengajar di universitas selalu menggunakan kereta api. Hachiko pun setiap hari setia menemani Profesor sampai stasiun. Di stasiun Shibuya ini Hachiko dengan setia menunggui tuannya pulang tanpa beranjak pergi sebelum sang profesor kembali. Dan ketika Profesor Ueno kembali dari mengajar dengan kereta api, dia selalu mendapati Hachiko sudah menunggu dengan setia di stasiun. Begitu setiap hari yang dilakukan Hachiko tanpa pernah bosan.
Musim dingin di Jepang tahun ini begitu parah. Semua tertutup salju. Udara yang dingin menusuk sampai ke tulang sumsum membuat warga kebanyakanenggan ke luar rumah dan lebih memilih tinggal dekat perapian yang hangat.

Pagi itu, seperti biasa sang Profesor berangkat mengajar ke kampus. Dia seorang profesor yang sangat setia pada profesinya. Udara yang sangat dingin tidak membuatnya malas untuk menempuh jarak yang jauh menuju kampus tempat ia mengajar. Usia yang semakin senja dan tubuh yang semakin rapuh juga tidak membuat dia beralasan untuk tetap tinggal di rumah. Begitu juga Hachiko, tumpukan salju yang tebal dimana-mana tidak menyurutkan kesetiaan menemani tuannya berangkat kerja. Dengan jaket tebal dan payung yang terbuka, Profesor Ueno berangkat ke stasun Shibuya bersama Hachiko.

Tempat mengajar Profesor Ueno sebenarnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Tapi memang sudah menjadi kesukaan dan kebiasaan Profesor untuk naik kereta setiap berangkat maupun pulang dari universitas.

Kereta api datang tepat waktu. Bunyi gemuruh disertai terompet panjang seakan sedikit menghangatkan stasiun yang penuh dengan orang-orang yang sudah menunggu itu. Seorang awak kereta yang sudah hafal dengan Profesor Ueno segera berteriak akrab ketika kereta berhenti. Ya, hampir semua pegawai stasiun maupun pegawai kereta kenal dengan Profesor Ueno dan anjingnya yang setia itu, Hachiko. Karena memang sudah bertahun-tahun dia menjadi pelanggan setia kendaraan berbahan bakar batu bara itu.

Setelah mengelus dengan kasih sayang kepada anjingnya layaknya dua orang sahabat karib, Profesor naik ke gerbong yang biasa ia tumpangi. Hachiko memandangi dari tepian balkon ke arah menghilangnya profesor dalam kereta, seakan dia ingin mengucapkan,” saya akan menunggu tuan kembali.”

“Anjing manis, jangan pergi ke mana-mana ya, jangan pernah pergi sebelum tuan kamu ini pulang!” teriak pegawai kereta setengah berkelakar.

Seakan mengerti ucapan itu, Hachiko menyambut dengan suara agak keras,”guukh!”
Tidak berapa lama petugas balkon meniup peluit panjang, pertanda kereta segera berangkat. Hachiko pun tahu arti tiupan peluit panjang itu. Makanya dia seakan-akan bersiap melepas kepergian profesor tuannya dengan gonggongan ringan. Dan didahului semburan asap yang tebal, kereta pun berangkat. Getaran yang agak keras membuat salju-salju yang menempel di dedaunan sekitar stasiun sedikit berjatuhan.

Di kampus, Profesor Ueno selain jadwal mengajar, dia juga ada tugas menyelesaikan penelitian di laboratorium. Karena itu begitu selesai mengajar di kelas, dia segera siap-siap memasuki lab untuk penelitianya. Udara yang sangat dingin di luar menerpa Profesor yang kebetulah lewat koridor kampus.

Tiba-tiba ia merasakan sesak sekali di dadanya. Seorang staf pengajar yang lain yang melihat Profesor Ueno limbung segera memapahnya ke klinik kampus. Berawal dari hal yang sederhana itu, tiba-tiba kampus jadi heboh karena Profesor Ueno pingsan. Dokter yang memeriksanya menyatakan Profesor Ueno menderita penyakit jantung, dan siang itu kambuh. Mereka berusaha menolong dan menyadarkan kembali Profesor. Namun tampaknya usaha mereka sia-sia. Profesor Ueno meninggal dunia.
Segera kerabat Profesor dihubungi. Mereka datang ke kampus dan memutuskan membawa jenazah profesor ke kampung halaman mereka, bukan kembali ke rumah Profesor di Shibuya.
Menjelang malam udara semakin dingin di stasiun Shibuya. Tapi Hachiko tetap bergeming dengan menahan udara dingin dengan perasaan gelisah. Seharusnya Profesor Ueno sudah kembali, pikirnya. Sambil mondar-mandir di sekitar balkon Hachiko mencoba mengusir kegelisahannya. Beberapa orang yang ada di stasiun merasa iba dengan kesetiaan anjing itu. Ada yang mendekat dan mencoba menghiburnya, namun tetap saja tidak bisa menghilangkan kegelisahannya.

Malam pun datang. Stasiun semakin sepi. Hachiko masih menunggu di situ. Untuk menghangatkan badannya dia meringkuk di pojokan salah satu ruang tunggu. Sambil sesekali melompat menuju balkon setiap kali ada kereta datang, mengharap tuannya ada di antara para penumpang yang datang. Tapi selalu saja ia harus kecewa, karena Profesor Ueno tidak pernah datang. Bahkan hingga esoknya, dua hari kemudian, dan berhari-hari berikutnya dia tidak pernah datang. Namun Hachiko tetap menunggu dan menunggu di stasiun itu, mengharap tuannya kembali. Tubuhnya pun mulai menjadi kurus.

Para pegawai stasiun yang kasihan melihat Hachiko dan penasaran kenapa Profesor Ueno tidak pernah kembali mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Akhirnya didapat kabar bahwa Profesor Ueno telah meninggal dunia, bahkan telah dimakamkan oleh kerabatnya.

Mereka pun berusaha memberi tahu Hachiko bahwa tuannya tak akan pernah kembali lagi dan membujuk agar dia tidak perlu menunggu terus. Tetapi anjing itu seakan tidak percaya, atau tidak peduli. Dia tetap menunggu dan menunggu tuannya di stasiun itu, seakan dia yakin bahwa tuannya pasti akan kembali. Semakin hari tubuhnya semakin kurus kering karena jarang makan.

Akhirnya tersebarlah berita tentang seekor anjing yang setia terus menunggu tuannya walaupun tuannya sudah meninggal. Warga pun banyak yang datang ingin melihatnya. Banyak yang terharu. Bahkan sebagian sempat menitikkan air matanya ketika melihat dengan mata kepala sendiri seekor anjing yang sedang meringkuk di dekat pintu masuk menunggu tuannya yang sebenarnya tidak pernah akan kembali. Mereka yang simpati itu ada yang memberi makanan, susu, bahkan selimut agar tidak kedinginan.

Selama 9 tahun lebih, dia muncul di statiun setiap harinya pada pukul 3 sore, saat dimana dia biasa menunggu kepulangan tuannya. Namun hari-hari itu adalah saat dirinya tersiksa karena tuannya tidak kunjung tiba. Dan di suatu pagi, seorang petugas kebersihan stasiun tergopoh-gopoh melapor kepada pegawai keamanan. Sejenak kemudian suasana menjadi ramai. Pegawai itu menemukan tubuh seekor anjing yang sudah kaku meringkuk di pojokan ruang tunggu. Anjing itu sudah menjadi mayat. Hachiko sudah mati. Kesetiaannya kepada sang tuannya pun terbawa sampai mati.

Warga yang mendengar kematian Hachiko segera berduyun-duyun ke stasiun Shibuya. Mereka umumnya sudah tahu cerita tentang kesetiaan anjing itu. Mereka ingin menghormati untuk yang terakhir kalinya. Menghormati sebuah arti kesetiaan yang kadang justru langka terjadi pada manusia.

Mereka begitu terkesan dan terharu. Untuk mengenang kesetiaan anjing itu mereka kemudian membuat sebuah patung di dekat stasiun Shibuya. Sampai sekarang taman di sekitar patung itu sering dijadikan tempat untuk membuat janji bertemu. Karena masyarakat di sana berharap ada kesetiaan seperti yang sudah dicontohkan oleh Hachiko saat mereka harus menunggu maupun janji untuk datang. Akhirnya patung Hachikuopun dijadikan symbol kesetiaan. Kesetiaan yang tulus, yang terbawa sampai mati.

Kisah 1001 Kelereng

Makin tua, aku makin menikmati Sabtu pagi. Mungkin karena adanya keheningan sunyi senyap sebab aku yang pertama bangun pagi, atau mungkin juga karena tak terkira gembiraku sebab tak usah masuk kerja. Apapun alasannya, beberapa jam pertama Sabtu pagi amat menyenangkan.

Beberapa minggu yang lalu, aku agak memaksa diriku ke dapur dengan membawa secangkir kopi hangat di satu tangan dan koran pagi itu di tangan lainnya. Apa yang biasa saya lakukan di Sabtu pagi, berubah menjadi saat yang tak terlupakan dalam hidup ini. Begini kisahnya.

Aku keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara bincang-bincang sabtu pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon yang dipanggil “Tom”. Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa obrolannya.

“Dengar Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjaanmu. Aku yakin mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian putrimu pun kau tak sempat”.

Ia melanjutkan : “Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang harus kulakukan dalam hidupku”.

Lalu mulailah ia menerangkan teori “seribu kelereng” nya. ”Begini Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghitung-hitung. Kan umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun. Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak ke hal yang lebih penting”.

“Tahu tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail ini”, sambungnya, “dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75 tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa kunikmati”.

“Lalu aku pergi ke toko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya”.

“Aku alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan meluruskan segala prioritas hidupmu”.

“Sekarang aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku berfikir, kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah telah memberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan dengan orang-orang yang kusayangi”.

“Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!”

Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarumpun bisa terdengar ! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.

“Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan”. “Lho, ada apa ini…?”, tanyanya tersenyum. “Ah, tidak ada apa-apa, tidak ada yang spesial”, jawabku, “Kan sudah cukup lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak ? Oh ya, nanti kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng.”



Dari setiap satu kelereng yang telah terbuang, apakah yang telah anda dapatkan ?

Apakah ……..
kesedihan
keraguan
kebosanan
rasa marah
putus asa
hambatan
permusuhan
pesimis
kegagalan ?

ataukah …….
kebahagiaan
kepercayaan
antusias
cinta kasih
motivasi
peluang
persahabatan
optimis
kesuksesan ?

Waktu akan berlalu dengan cepat. Tidak banyak kelereng yang tersisa dalam kantong anda saat ini. Gunakan secara bijak untuk memberikan kebahagiaan yang lebih baik bagi anda sendiri, keluarga, dan lingkungan anda.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Sang Angin

Lelaki itu gontai melangkah. Wajahnya kuyu, penampilannya jauh dari segar. Sebenarnya perawakannya kekar, kulitnya bersih dan wajahnya boleh dikata cukup menarik.

Tiba di sebuah taman, dipilihnya tempat di sudut.

Kerindangan dan kesejukan sekitar tak mampu mengubahkan penampilan dan suasana hatinya.

Semilir angin menghembus lembut menerpa wajahnya.

“Wahai lelaki, kerisauan apakah mengganjal hatimu, hingga ceria alam dan ramahku tak mampu melukiskan senyum di parasmu ? Sapa Sang angin.

“Oh angin, aku baru saja keluar dari tempat kerjaku. Meninggalkan semua kekacauan di sana.”

“Lalu ?”

“Ya angin, aku sudah lama ingin melakukannya. Ku sudah muak dengan segala ketidakberesan dan ketidaknyamannya.”

“Kau sudah lakukan dan dapatkan apa yang kau inginkan. Lalu mengapakah dirimu masih saja bermuram ?”

Lelaki muram itu menghela nafas. Cukup lama dia berdiam, wajahnya masih saja terkulai lesu.

“Bukankah seharusnya engkau berbahagia kini ? Engkau sudah bebas.” Lanjut Sang angin.

Si Lelaki menggeleng, “tidak semudah itu.”

Kepalanya semakin dalam menunduk, bahunya berguncang … dia menangis.

“Engkau menangis hai lelaki ?” Sang angin lembut membelai.

“Aku menyesal, aku merasa bodoh kini. Aku merasa berdosa dengan isteriku, dengan anakku.” kata-katanya tercekat.

“Lanjutkan, bebaskan beban itu dari batinmu. Aku mendengarkanmu.” Semilir angin menghembus sejuk.

“Aku benci mereka semua, benci semua keadaan dan peristiwa di tempat kerjaku. Aku merasa tidak dihargai, diremehkan dan diabaikan. Bertahun-tahun aku berkubang dalam keluh-kesahku, namun tiada yang mau peduli. Bahkan mereka telah berlaku jahat kepadaku. Aku benci mereka semua. Kini mereka pasti sedang bersorak-sorai merayakan kemenangan mereka atasku. Mereka berpesta pora, telah berhasil mengusirku.”

Air mata lelaki tertumpah deras dari kelopak matanya.

“Bolehkah sekarang aku menolongmu, wahai lelaki ?”

“Apakah yang bisa engkau lakukan untukku, Sang angin ? Bahkan boss-ku pun tidak mampu membela dan membebaskanku dari masalahku.”

“Setidaknya aku bisa sedikit menerbitkan segar wajahmu, sebagaimana telah kulakukan kepada dedaunan, rumpun, rumput dan kupu kumbang yang ada di taman ini.”

Si lelaki menoleh sekeliling merasakan harumnya suasana dan hembusan angin lembut menerpa wajah dan tengkuknya.

“Lelaki, sudah berapa lama engku berada di lingkungan kerja-mu ?”

Lelaki mengernyitkan dahinya, “hampir enam tahun”. Katanya lirih.

“Hhhm, kau pun mampu bertahan cukup lama.”

“Adakah kau memiliki sahabat atau setidaknya orang yang kau percaya di sana ?”

Lembutnya desiran angin, perlahan menumbuhkan segar di wajah lelaki.

“Aku tidak percaya kepada mereka.” Lelaki menjawab ketus.

“Baik, lalu berapa lama engkau mengetahui keberadaan taman ini, tempat di mana kita berada saat ini ?”

“Selama aku berinteraksi dengan mereka.”

“Lelaki, bolehkah aku menyampaikan suatu rahasia ?”

Lelaki mengangguk, tetap tertunduk.

“Sesungguhnya bukan  pada mereka pokok masalahmu, tetapi karena dirimu telah memutuskan untuk meciptakan sekubangan lumpur masalahmu sendiri. Dan Engkau telah memerosokkan dirimu sendiri, dan mengiklaskan dirimu semakin dalam terbenam ke dalamnya.”

“Maksudmu ? Bukankah aku telah mengeluhkannya setiap saat dan menentang keadaan di sana selama ini ? Aku bahkan menghujat mereka dan menguraikan ketidakbenaran mereka.”

“Di situlah letak kesalahanmu.”

Kali ini hembusan angin terasa menusuk tengkuknya, menerpa keras menusuk kulitnya.

“Lelaki, engkau sudah tahu hal yang benar, namun engkau masih saja bertahan dalam pergumulan egomu. Engkau tidak menjamah sedikitpun bagian subur dan baik lahan yang dipercayakan Sang Kasih, engkau tetap saja mengutuki bagian  tandus itu. Bahkan engkau meski tahu sama sekali tak pernah terpikirkan untuk mereguk keindahan taman ini, bergembira di dalamnya, menikmati keindahannya dan memetik kebahagiaan dari semua hal baik dan bahagia di sini.”

Agak keras angin mendesis, meski tetap tidak kehilangan kelembutannya.

“Engkau telah tahu dan sadar ketidakbaikan lingkunganmu, namun engkau tidak berpikir meluaskan pergaulanmu menemukan sesuatu yang baik di pergaulan lain. Engkau tidak perlu keluar dari lingkunganmu. Engkau hanya perlu hal baik untuk membentuk jiwa baikmu. Sekarang perhatikanlah dirimu, adakah dirimu sekarang menjadi lebih baik daripada mereka yang kauanggap brengsek itu ?”

Si lelaki tersentak kini.

“Hai lelaki, mengapa engkau tutup hatimu untuk Sang Kasih ? Mengapa engkau tidak mempercayakan kepadaNya bebanmu, mengapa engkau tidak mengijinkan Dia memanggulkan bebanmu ? Dia yang dengan kasihNya akan setia memanggulkan setiap beban dan onak yang menderamu.”

Si lelaki meraung-raung berkat penyadaran, tunas kesadaran telah berkuncup di hatinya kini.

“Wahai Sang Kasih, ampunilah dosaku.” Si lelaki tubuhnya terbanting ke tanah, namun beban itu telah dicabut darinya.

“Sekarang pulanglah, temukanlah Sang Kasih dalam diri isterimu dan putramu ? Maka kau akan damai.

“Teruslah keluhkan masalahmu dalam tekunnya doa ikhlasmu, dan bangunlah kesetiaanmu dalam hal baik mengolah lahan, apa pun dan di manapun yang telah dipercayakanNya kepadamu. Di situ lah letak rahasia kekal.

Pemuda Yang Sabar

Alkisah dijaman tiongkok kuno, hiduplah seorang pemuda miskin bersama kuda hitamnya disebuah desa terpelosok. Dari penampilan luarnya, tidak ada sesuatu yang menonjol pada diri pemuda tersebut, dia terlihat serupa dengan pemuda-pemuda desa yang lain. Hanya sifat sabar nya lah yang membedakan dia dengan penghuni desa yang lain.

Namun orang-orang desa memiliki pandangan berbeda mengenai sifat sabarnya, sehingga mereka memanggilnya si bodoh. Mendapatkan julukan negatif terhadap dirinya, sang pemuda hanya tersenyum, dalam hatinya selalu terpatri nasehat ayahnya, SABAR SATU KALI,HILANG SATU MASALAH.

Kabar mengenai pemuda tersebut akhirnya sampai juga di telinga raja yang berkuasa pada saat itu. Tertarik untuk mengetahui kesabaran sang pemuda, akhirnya sang raja pun ingin menguji sang pemuda. Raja pun memanggil prajurit terhandalnya untuk merampok rumah sang pemuda. Raja ingin mengetahui, bagaimanakah reaksi sang pemuda, apabila kuda hitam yang merupakan harta berharga sang pemuda dicuri.

Tibalah saat yang telah di rencanakan oleh sang raja, prajurit suruhannya pun bereaksi dengan cepat. Menunggu waktu disaat sang pemuda sedang tertidur lelap, sang prajurit suruhan pun membawa kuda hitam sang pemuda ke kekerajaan. Dan tak lupa, dia pun menempatkan seorang prajurit lainnya, yang menyamar sebagai petani, untuk memata-matai reaksi sang pemuda.

Pagi harinya, saat sang pemuda bangun dari tidurnya, bergegas dirinya ingin memberi makan sang kuda kesayangan, namun dia pun tidak menemukan kudanya, yang ada hanya tali kekang kuda yang putus terkena tebasan benda tajam. Namun dari wajah sang pemuda, tidak terlihat perasaan sedih ataupun marah. Yang ada hanyalah senyuman yang menghiasi bibirnya.

“Semoga si pencuri kuda, bisa mendapatkan manfaat dari kuda ku ini, sehingga bisa mengurangi masalah yang dihadapinya” katanya kemudian.

Mendapatkan kabar dari sang prajurit mata-mata mengenai reaksi sang pemuda, sang raja pun tergugah, dan memerintahkan prajuritnya untuk menjemput sang pemuda, menjadi penasehat kerajaan. Kesabaran yang dimiliki oleh sang pemuda berakhir dengan kebahagian bagi dirinya. Orang-orang desa yang dulu memandangnya bodoh, sekarang menyesali sikap mereka.

~Pembaca yang bijak,

Sabar adalah sikap yang sangat sulit kita lakukan belakangan ini. Sering kali sabar kita sama artikan dengan merendahkan diri kita sendiri. Namun coba bayangkan apabila seluruh penghuni dunia ini menyikapi kata sabar , tentu saja tidak akan ada perang diantara kita, tidak akan ada lagi pertumpahan darah atas dasar ego dan kemarahan, dan tentu saja tidak akan ada lagi kecelakaan-kecelakaan lalu lintas akibat ketidaksabaran itu sendiri. Maka dari itu, mari sebelum terlambat, kita belajar untuk bersabar mulai hari ini, mulai dari hal yang kecil, dan tentu saja sikap sabar yang kita kembangkan dapat menjadikan kita sebagai insan bijak bagi diri kita sendiri maupun orang lain ~

Hadapilah…..

Disuatu masa, di tepian laut dengan ombak yang begitu besarnya. Terlihat sebongkah karang besar yang menjulang tinggi dengan perkasanya, berdiri kokoh diantara hempasan ombak-ombak laut. Tak jauh dari sana, terlihat ikan-ikan kecil yang mengelilingi sebongkah karang tersebut, sambil merapat diantara bongkahan karang tersebut, bertanyalah salah seekor ikan kecil kepada bongkahan karang tersebut,

“Wahai karang besar, setiap hari terkena deburan ombak, namun tidak terlihat lelah diwajah mu, malah dirimu terlihat selalu ceria, apakah rahasia dari semua itu?” Tanya si ikan kecil terheran-heran.

” hahahah…..tentu saja, dengan senang hati aku akan menceritakan kepada mu wahai ikan kecil” Jawab karang besar tersebut

“Hadapilah….cukup hadapi dan jangan pernah menghindar……” lanjut si karang besar

“Apakah kamu tidak takut suatu saat kamu akan hancur akibat deburan ombak tersebut wahai si karang besar ” Tanya ikan kecil itu lagi

“Tentu saja ketakutan itu pernah menghampiri ku, namun itu dulu….”

“Sekarang didalam pikiran ku hanya ada satu jawaban apabila deburan ombak itu menghampiri ku..yaitu hadapilah….dengan pikiran positif dan pengalaman ku selama ini…pasti sekuat apapun deburan ombak menimpahku…..diri ku akan sanggup menghadapinya…..” Lanjut si karang besar menerangkannya..

Mendengar penjelasan si karang besar….si ikan kecil tersenyum puas, hari ini dia berhasil mendapatkan pelajaran berharga mengenai hidup ini…hidup dalam kesuksesan sejati….

~Seperti yang dialami oleh karang besar..kita juga selalu dihadapi oleh masalah, tekanan, halangan, tantangan ataupun beban yang begitu besar didepan kita, dan terjadi silih berganti. Sebagai insan yang bijak, alangkah benarnya prinsip yang di paparkan oleh si karang besar diatas yaitu Hadapilah….kita tidak bisa lari dari masalah, karena masalah itu akan selalu mengikuti kita dimana pun kita berada..hadapilah semua masalah dengan pikiran positif, dengan ilmu yang telah kita peroleh setiap harinya dan dengan pengalaman yang telah ditaburkan dalam hidup kita…niscaya setiap masalah yang datang pada kita hanya akan seperti deburan ombak yang mengenai sebongkah karang besar…berlalu begitu saja…~

Jangan Pernah Menyerah …

Disuatu pagi yang indah, terlihat sekelompok burung elang yang beterbangan diatas sebuah sungai yang melintasi hutan disuatu perdesaan. Tampak mereka sedang mencari ikan-ikan kecil untuk mengisi perut mereka yang kosong.

Dengan sigap satu persatu dari mereka menukik dan menangkap ikan-ikan kecil yang terlihat di permukaan sungai dan membawanya ke sarang mereka, yang terletak diatas pohon ditepi sungai tersebut. Lama kelamaan sarang mereka yang terbuat dari jerami, telah penuh dengan ikan-ikan kecil yang berlompat-lompat untuk menyelamatkan diri.

Setelah melompat-lompat sekian lama, muncul keputusasaan dari ikan-ikan kecil tersebut, karena tidak mampu melewati sarang sang elang yang telah memenjarakan mereka.

“Kita akan segera mati, dan menjadi santapan elang tersebut, tak ada gunanya kita berlompat-lompat teman-teman” Seru seekor ikan kecil yang keliatan kehabisan nafas

“Benar…matilah kita….tak mungkin kita bisa selamat lagi” Seru yang lain

Lama kelamaan ikan-ikan kecil tersebut, terlihat tidak melompat lagi dan sebagian dari mereka mati karena lemas dan kehabisan nafas. Mereka tidak berusaha lagi untuk keluar dari sarang burung elang tersebut, dan pasrah pada nasib buruk yang menimpa mereka. Padahal mereka sebenarnya menyadari bahwa dibawah sarang burung yang hanya terbuat dari jerami tersebut, terlintas sungai yang begitu luas yang merupakan tempat tinggal mereka

Hanya terlihat seekor ikan kecil yang tetap berlompat-lompat untuk melewati sarang burung elang tersebut, terlihat tubuhnya yang semakin lemas karena kehabisan nafas namun tekadnya yang keras, membuatnya terus melompatt-lompat. Ikan-ikan kecil yang lain hanya bisa melihatnya dan menasehatinya untuk pasrah dengan nasib.

Namun si ikan kecil terus melompat, pantang menyerah dan dengan sekuat tenaga dia pun melompat tinggi dan dia berhasil melewati sarang burung elang yang terbuat dari jerami dan jatuh menuju sungai yang luas….dan jadilah dia sebagai pemenang.

~Kadang hidup kita penuh dengan cobaan, rintangan, halangan, dan masalah yang selalu menghadangi kita, seakan-akan memaksa kita untuk menyerah. Namun sebagai seorang yang bijak, kita tidak boleh begitu saja menyerah pada nasib. Teruslah mencoba, karena sebenarnya kesuksesan selalu berada didepan kegagalan kita, hanya tekad dan sikap pantang menyerahlah yang dapat memberikan jalan bagi kita untuk mencapai kesuksesan sejati. Jangan pernah menyerah…….~
 

© Copyright Bersemangat Setiap Hari . All Rights Reserved.

Designed by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine

Blogger Template created by Deluxe Templates