Suatu hari, dua saudara yang tinggal di ladang yang bersebelahan berselisih. Ini adalah perpecahan yang paling parah selama mereka bertani berdampingan sejak 40 thaun yang lalu. Sebelumnya mereka saling berbagi peralatan mesin, tukar menukar buruh tani dan saling berjual-beli barang tanpa masalah apapun.
Kerjasama yang terbina sejak lama tiba-tiba saja hancur berantakan.
Awalnya hanya sedikit kesalahpahaman. Lalu berkembang menjadi perselisihan, dan akhirnya meledak menjadi saling caci maki dan tidak saling sapa.
Suatu hari terdengar ketukan di pintu rumah John. Ketika pintu rumah dibuka, berdiiri di hadapannya seorang tukang kayu dengan peralatannya.
"Aku butuh pekerjaan untuk beberapa hari." Kata orang itu. "Mungkin kau punya beberapa pekerjaan kecil yang dapat ku bantu?"
"Ya," kata John. "Aku punya pekerjaan untukmu. Lihatlah ke ladang di seberang sungai itu. Ladang itu milik tetanggaku, sebenarnya ia adalah adikku. Dulu, diantara ladang kami ada padang rumput, lalu ia buldozer sehingga kami sekarang dipisahkan oleh sungai kecil. Mungkin ia berbuat demikian untuk membuatku jengkel. Aku akan memberi balasan yang setimpal."
Kau lihat tumpukan kayu di sebelah kandang itu? Aku minta kau buatkan pagar setinggal 8 kaki sehingga aku tidak lagi harus memandang kediamannya setiap hari.
Tukang kayu itu berkata, "Sekarang aku mengerti persoalannya. Tunjukkan kepadaku tempat paku dan alat pemancang tiang sehingga aku dapat segera melakukan pekerjaan yang memuaskanmu."
Hari ini sang kakak harus pergi ke kota untuk membeli berbagai kebutuhan kerja. Setelah membantu si tukang kayu menyiapkan peralatan yang dibutuhkannya, pergilah ia ke kota seharian.
Si tukang kayu bekerja keras hari itu. Ia mengukur, menggergaji dan memaku.
Menjelang petang, ketika petani itu datang, si tukang kayu telah menyelesaikan pekerjaannya.
Mata si Petani melotot, mulutnya melonggo. Tidak ada pagar disitu, yang ada hanya jembatan. Jembatan itu menjulur dari satu sisi sungari ke sisi sungai yang lain. Benar-benar pekerjaan yang indah, lengkap dengan pagar disisi kiri dan kanannya. Dan tetangganya..Adiknya, datang dari seberang dengan tangan terulur ke depan.
"Kau benar-benar telah berbaik hati, membuat jembatan ini setelah apa-apa yang kuucapkan dan kulakukan". kata adiknya.
Kedua saudara itu berjalan dan bertemu ditengah jembatan itu lalu berpegangan tangan. Mereka berdua menoleh ke arah si tukang kayu yang lagi mengangkat kotak peralatan ke atas pundahnya untuk bersiap-siap pergi.
"Tunggu..Tunggu dulu! Diamlah disini beberapa hari. Aku punya bayak pekerjaan untukmu." kata si kakak.
"Sebenarnya aku ingin tinggal lebih lama." kata si tukang kayu, "Tapi masih banyak jembatan yang harus ku bangun."
0 comments:
Post a Comment